Intisari-Online.com - Puing-puing pesawat AirAsia QZ8501 akhirnya ditemukan di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa (30/12/2014). Namun, beberapa pertanyaan menunggu terjawab, khususnya mengenai penyebab kecelakaan salah satu pesawat milik maskapai penerbangan berbiaya murah tersebut.
Sampai saat ini, dugaan terbesar masih tertuju faktor cuaca buruk di lintasan yang dilalui pesawat tersebut dari Surabaya menuju Singapura. Hal ini merujuk pada fakta bahwa pesawat yang bertipe Airbus 320 tersebut hilang setelah sebelumnya meminta izin kepada pihak Air Traffic Control (ACT) untuk menaikan ketinggian untuk menghindari cuaca buruk.
Sayang, permohonan tersebut tidak diberikan karena adanya pesawat di ketinggian yang hendak dicapai tersebut. Jika melihat grafis yang ditampilkan The Straits Time, mengenai kondisi lalu lintas udara saat itu, penolakan pihak ACT sangat masuk akal.
Sementara faktor cuaca seolah “termaklumi”, lain halnya dengan perubahan jadwal penerbangan serta diizinkannya pesawat terbang di jam sibuk. Faktor tersebut termasuk dalam beberapa pertanyaan yang menunggu terjawab, khususnya yang mengarah pada adanya faktor kesalahan manusia (human error).
Stasiun TV CNN menilai keputuasan memajukan jadwal penerbangan ke jam sibuk pada saat cuaca buruk dianggap sebagai sesuatu yang salah. Di saat cuaca buruk, pesawat harus memiliki ruang bermanuver yang luas, sementara kepadatan lalu lintas di jam sibuk membuat hal tersebut tak mungkin terwujud. (tribunnews.com)