Find Us On Social Media :

Seperti Apa Sih Seharusnya Seorang Pilot Itu? (3)

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 9 Januari 2015 | 14:00 WIB

Seperti Apa Sih Seharusnya Seorang Pilot Itu? (3)

Intisari-Online.com – Seperti apa seharusnya seorang pilot itu? Seperti sosok Kresna. Begitulah gambaran seorang penerbang yang sigap dan gagah. Tapi ia tetap manusia biasa, masih menjadi faktor dominan penyebab kecelakaan pesawat. Bisa dimaklumi, angkasa memang bukan habitat manusia. Pesawat Garuda Boeing 737-300 yang menjadi berita utama saat berhasil “mendarat” di Bengawan Solo, 16 Januari 2002, membangkitkan rasa ingin tahu, apa yang persis dihadapi oleh seorang pilot, terutama ketika diancam situasi gawat mendesak macam itu? Mursiddi, MBA, Marsekal Pertama (Purn) TNI, mantan instruktur penerbang Hercules C-130 menuliskannya. Tulisan ini pernah dimuat di Intisari Maret 2002.

--

Sementara itu sumber kecelakaan yang berasal dari faktor mesin antara lain disebabkan oleh kesalahan konstruksi, kegagalan mesin, metal fatigue. Metal fatigue paling sering ditemukan pada pesawat tempur. Jenis ini dikenal punya gerakan yang lincah. Naik atau bergulir dengan gerakan yang mendadak bisa membuat tekanan pada logam-logammnya lalu menimbulkan crack halus. Metal fatigue yang kecil ini bisa jadi membesar dan lama kelamaan pesawat bisa patah.

Kasus kegagalan mesin, misalnya mesin mati atau terbakar. Ini disebabkan kerusakan mesin atau kemacetan sistem akibat penanganan pemeliharaan yang salah.

Sumber kecelakaan yang berasalah dari faktor media, antara lain disebabkan oleh: limitasi keadaan cuaca yang dilanggar. Contohnya, suatu jenis pesawat sebetulnya tidak boleh masuk turbulence, tapi entah sengaja atau tidak ia malah masuk. Sementara itu kondisi cuaca yang tiba-tiba berubah bisa juga menyebabkan kecelakaan. Misalnya saja saat mau mendarat tiba-tiba ada angin besar. Atau, di daerah-daerah tertentu ada udara kosong, sehingga pesawat seperti tersedot ke bawah.

Timbul pertanyaan, bagaimana seharusnya peran pilot dalam menghadapi keadaan darurat?

Yang utama adalah membangun kepercayaan dan harapan pada awak pesawat dan penumpang. Untuk itu pilot harus bersikap tenang. Ia harus menunjukkan bahwa ia bisa mengatasi segala situasi. Selanjutnya, melaksanakan prosedur kedaruratan secara konsisten.

Tak kalah pentingnya adalah berbagi tugas dengan kopilot dan awak kabin. Dalam kasus jatuhnya pesawat Garuda Boeing 737-300 di Bengawan Solo, hal itu juga dilakukan. Kapten pilot berkonsentrasi menerbangkan pesawat, sedang kopilot berusaha menghidupkan mesin, dan awak pesawat memberi tahu para penumpang.

Dalam situasi genting itu pilot harus menentukan masalah yang terjadi berdasar pengalaman, pengetahuan, dan nalurinya. Ia pun perlu membuka komunikasi seluas-luasnya untuk informasi darurat dan membuka kemungkinan bantuan secepat-cepatnya.

Semua tindakan penerbang dalam keadaan darurat selalu didasarkan pada perhitungan seberapa tinggi tingkat risiko yang dihadapi dan seberapa besar derajat ancaman yang didapat. Akhir perhitungan akan sampai pada kesimpulan bahwa risiko dan ancaman yang terjadi diusahakan seminimal mungkin.