Find Us On Social Media :

Kisah Penumpang Pesawat yang Mendarat Darurat (2)

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 13 Januari 2015 | 13:00 WIB

Kisah Penumpang Pesawat yang Mendarat Darurat (2)

Intisari-Online.com – Kisah penumpang pesawat yang mendarat darurat ini merupakan pengalaman HA Kadir Bakri yang ditulis oleh Budi Arti dan pernah dimuat di Intisari edisi Mei 1972. Judul asli tulisan tersebut adalah Suasana Menghadapi Maut.

--

Setelah beberapa puluh menit mengenakan baju khusus untuk pendaratan di laut, tiba-tiba pramugari untuk ketiga kalinya tampil memberi pengumuman, bahwa pendaratan di laut risikonya terlalu besar, jadi kita akan mendarat di landasan sesuai dengan petunjuk para ahli. Sejalan dengan itu perlengkapan yang sudah kami pakai ditarik kembali. Tapi keterangan lanjutan dari pramugari membuat kami cukup tegang, karena ada 2 bahaya yang akan kami hadapi.

Pertama, goncangan dan benturan yang dahsyat dengan benda-benda keras dan kedua, api atau kebakaran. Untuk mengatasi ini harap membalut kepala dengan pakaian setebal mungkin. Ini dimaksudkan agar bagian tubuh itu tidak mudah terlukai oleh benda-benda keras, sedangkan api sukar untuk dihindari. Karena itu saudara-saudara kami sarankan agar secepat mungkin meloncat keluar sesudah pesawat menyentuh landasan.

Tanpa perintah, isteri saya sudah membuka koper mengeluarkan beberapa lembar kain batik. Sebagian diserahkan pada saya, sebagian lagi digunakannya sendiri. Diikatkan pada kepala, demikian pula dengan penumpang lain. Untuk kami berdua, lumayanlah bersorbankan kain batik dan beberapa potong kemeja. Tapi penumpang lain terpaksa mengangkat celana ke atas kepala.

Pemandangan di luar bukan sesuatu yang indah, melainkan sudah membayangkan kematian. Beberapa mobil ambulans sudah disiapkan di bandara, regu pemadam kebakaran dengan segala peralatannya sudah dipersiapkan.

Pesawat makin lama makin rendah, sebuah mobil kebakaran saya lihat datang memasuki halaman bandara. Kerusakan rupanya terletak pada roda pendarat. Sehingga dengan roda belakang saja tidak mungkin pesawat meluncur di landasan dengan wajar. Sehubungan dengan itu, semua penumpang termasuk koper-koper penumpang dibebankan di belakang.

Jam 11 diumumkan pendaratan akan dilakukan, semua penumpang diperintahkan mengikat sabuk pengaman. Beberapa saat kemudian terasa pesawat menurut dengan cepat, tak lama kemudian terjadilan goncangan di ekor. Apa yang terjadi? Keajaiban pesawat meluncur dengan damainya. Agaknya karena goncangan di bagian ekor tadi, roda pesawat bagian depan seperti diketukkan sehingga keluar. Pesawat pun meluncur seperti tidak terjadi apa-apa.

Pintu pesawat terbuka. Pilot dan kopilot muncul dan menemui penumpang. Dengan kata-kata yang tidak runtun pilot berkata bahwa ia berterima kasih kepada semua penumpang yang bersikap begitu tenang. Sehingga membuatnya tidak terlalu panik. Ia terus mengajak kami berjabat tangan dan akhirnya seluruh penumpang saling berjabat tangan. Bersyukurlah kami karena nyawa kami telah lolos dari sebuah lubang jarum.