Penulis
Intisari-Online.com - Sudah menjadi isu yang lama tentang air laut yang akan terus naik di bumi. Baru-baru ini peneliti memperingati bahwa perubahan iklim akan menyebabkan permukaan air laut yang meningkat dan akan menenggelamkan tanah dalam ukuran besar, salah satunya di Kepulauan Solomon.
Setidaknya akan ada lima pulau yang akan lenyap ke bawah laut selama beberapa dekade terakhir. Namun, studi baru juga menemukan bahwa masih banyak lagi pulau lainnya di Pasifik Selatan yang tampaknya akan bernasib sama.
Salah seorang penulis, Simon Albert dari University of Queensland, mengatakan ada latar belakang pada kenaikan permukaan air laut dengan tingkat tekanan angin dari siklus secara alami, yang kemudian mendorong air ke Pasifik Barat. Negara kepulauan di timur Laut Australia sudah tidak asing dengan ancaman perubahan iklim ini. Tingkat kenaikan air laut telah terlihat 7-10 mm per tahun.
Albert dan tim penelitinya sudah menganalisis 33 pulau dari citra udara dan satelit sejak 1947 untuk penelitian mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research Letters. Mereka menemukan lima pulau di sepanjang pantai utara Isabel telah lenyap, yaitu Kale, Rapita, Rehana, Kakatina, dan Zollies. Enam yang lainnya, termasuk pulau berpenghuni di Nuatambu juga mengalami resesi garis pantai yang parah. Pulau Nuatambu merupakan rumah bagi 25 kepala keluarga dan telah kehilangan lebih dari setengah wilayah yang dihuni, yaitu 11 rumah tenggelam sejak 2011.
Selain memaksa penduduk desa kecil untuk pindah dari rumah mereka, penelitian juga mencatat bahwa Taro, ibukota Provinsi Choiseul, diatur menjadi ibukota provinsi pertama yang penduduknya harus pindah karena ancaman kenaikan permukaan laut. The New York Times juga menerbitkan rekaman pada Desember lalu yang menunjukkan dampak drastis dari kenaikan air laut di Kepulauan Marshall. Perubahan iklim di Alaska juga memengaruhi lebih dari 180 desa dan suku asli Amerika di Louisiana terpaksa melarikan diri dari rumah mereka di Isle de Jean Charles.
Peneliti yang terlibat dalam studi Kepulauan Solomon mengatakan mereka berharap temuan mereka dapat menjadi panduan agar membantuk upaya pencegahan masalah terkait. (huffingtonpost.com)