Penulis
Intisari-Online.com - Peneliti di Princeton menemukan bahwa anak muda akan mengalami masalah kesehatan yang lebih serius pada musim kemarau atau cuaca panas yang ekstrim. Semua orang memang harus menjaga diri terhadap cuaca yang buruk, namun perubahan iklim paling berisiko bagi anak-anak, sehingga perlindungan yang lebih harus diberikan kepada mereka.
Secara fisik, anak-anak lebih rentan terhadap cuaca ekstrim dan juga dapat dipengaruhi gizi buruk, penyakit, migrasi, dan konflik dari perubahan iklim. Mereka dapat terkena efek dari suhu tinggi, yaitu kelelahan serta risiko asma. Dilaporkan pula suhu dalam beberapa dekade mendatang diperkirakan akan berada di atas 90 derajat Fahrenheit selama 60 hari dalam satu tahun.
Suhu panas juga dapat meningkatkan pembentukan ozon, yaitu polutan yang mengganggu pengembangan paru-paru yang akhirnya menyebabkan asma. Bahkan, ditambah polusi dari kendaraan bermotr serta pembangkit listrik berbahan bakar dapat menyebabkan penyakit jantung pula.
Janet Currie, profesor ekonomi dan kebijakan publik di Princenton menyatakan bahwa penurunan polusi udara akan bermanfaat untuk masa depan anak-anak. Sayangnya, masih banyak yang menganggap remeh hal-hal terkait masa depan seperti ini. Ia juga menyebut sulitnya setiap orang di seluruh dunia bersatu dalam hal ini karena setiap wilayah merasakan efek perubahan iklim yang tidak sama. Selain itu, anak-anak juga jarang dilibatkan dalam diskusi terkait, sehingga mereka sendiri tidak mengetahui masalah yang mengancam masa depan mereka.
Perubahan iklim sudah menyebabkan berbagai dampak buruk, salah satu yang nyata terasa adalah kenaikan permukaan air laut. Kalau bukan kita yang bekerja dan mencegah, lalu siapa lagi? (takepart.com)