Penulis
Intisari-Online.com -Thomas Manning menjadi laki-laki Amerika Serikat pertama yang menerima transplantasi penis. Manning yang kehilangan alat vitalnya itu akibat kanker kini merasa kondisinya sangat baik dan hanya merasakan sedikit sakit.
Dalam operasi transplantasi yang dilakukan awal bulan ini, penis baru itu diperoleh dari seorang donor yang baru saja meninggal dunia yang operasinya membutuhkan waktu selama 15 jam. Seperti dilansir dari The New York Times, upaya medis ini sejatinya masih tahap eksperimental. Meski demikian, para dokter tampak sangat optimis melakukannya.
Jika semua berjalan lancar, karyawan bank dari Massachusetts itu akan bisa kembali buang air kecil secara normal dalam beberapa pekan ke depan. Tak hanya itu, penisnya, dalam beberapa bulan ke depan, juga akan berfungsi sebagaimana mestinya: berhubungan seksual.
Bukan yang pertama di dunia
Dan jika transplantasi ini berhasil, maka cara yang sama dapat digunakan untuk mengobati para tentara yang terluka di bagian vital itu termasuk para penderita kanker seperti Thomas Manning. Namun, Departemen Pertahanan AS nampaknya kurang suka jika para veteran perang menjalani transplantasi yang belum terbukti ini karena mereka sudah menderita terlalu banyak di medan perang.
Sebagai solusinya, departemen pertahanan kabarnya akan mencari cara lain untuk penyembuhan para veteran perang yang mengalami luka akibat pertempuran.
Transplantasi penis pertama yang berakhir kesuksesan terjadi pertama kali pada Desember 2014 di Afrika Selatan, terhadap pasien yang kehilangan penisnya dalam sebuah prosesi sunat. Pasien penerima transplantasi penis itu bahkan sembuh lebih cepat dari perkiraan dokter dan tahun lalu mengumumkan bahwa dia sudah memiliki anak.
Sementara pada 2006 lalu, para dokter di China pernah melakukan prosedur yang sama namun gagal. Saat itu, para dokter meski berhasil menolong pria yang kehilangan penisnya akibat sebuah kecelakaan, namun penis baru itu harus dilepas dua pekan setelah dipasang. Alasannya, sang pasien dan istrinya mengalami masalah psikologi berat usai menjalani transplantasi.(Kompas.com)