Penulis
Intisari-Online.com -Nama Vihara Bodhimanta di Malang sedang menjadi buah bibir di media sosial beberapa hari ini. Kepopuleran ini, tak lain dan tak bukan, disebabkan karena vihara ini menyediakan menu berbuka puasa gratis. Tidak tanggung-tanggung, aksi ini sudah dilakukannya sejak 1998.
Beginilah cerita yang ditulis Kompas.com tentang vihara yang terletak di Kecamatan Lawang itu.
***
Menjelang beduk maghrib, sekitar 100 orang berdiri berjajar di samping Vihara Bodhimanda Sanggar Suci, Lawang, Malang, Jawa Timur. Tua, muda, dan anak-anak, yang datang dari berbagai tempat di sekitar Lawang tampak antre, sabar menunggu waktunya berbuka puasa.
Mereka antre untuk mendapat buka puasa gratis dari Vihara Bodhimanda Sanggar Suci. Sebanyak 100 porsi makan, seperti nasi putih dengan lauk mi goreng dan ayam suwir, sudah tertata di atas meja besar.
Tak lama kemudian terdengar suara azan dari Masjid Al Ikhlas yang terletak di samping wihara. Salah seorang tamu wihara adalah Mohammad Yasin (60), yang datang bersama anaknya. Ia berjalan kaki cukup jauh untuk mendapatkan makanan buka puasa gratis ini.
“Setiap bulan puasa, buka puasa di sini,” ujar Yasin.
Pria yang sehari-hari berjualan mi ayam ini mengaku terbantu dengan buka puasa gratis karena istrinya tak perlu repot menyiapkan buka puasa di rumah. Selain mengurangi kerepotan, buka gratis itu juga mengurangi uang belanja setiap hari.
“Sangat membantu. Kadang ada yang berbuka puasa saja susah,” katanya.
Yasin dan warga lain yang berbuka di wihara menerima seporsi makanan plus teh hangat. Mereka duduk melingkar sambil bercengkerama. Buka puasa ditutup dengan minum teh hangat dan kudapan. Wihara menyediakan menu yang variatif, mulai dari mi goreng, ayam suwir, soto, rawon, kari, opor, ayam bakar bumbu rujak, hingga ayam goreng.
Bagi Yasin, buka puasa cuma-cuma seperti yang disediakan wihara ini adalah bentuk nyata toleransi umat beragama di Indonesia. “Tak ada perbedaan dan tak ada sekat pembatas,” ujarnya.
Wihara ini menggelar buka puasa gratis sejak 1998 ketika krisis ekonomi membuat harga kebutuhan pokok melambung. Rohaniwan wihara, Winantea Listiahadi, menuturkan, saat itu banyak orang miskin yang kesulitan untuk berbuka puasa. Ia terketuk hatinya untuk saling membantu sesama.
Ia kemudian menggalang donasi dari paguyuban Metta yang beranggotakan ratusan ribu orang, tak hanya umat Buddha, tetapi juga dari pemeluk agama lain. “Memang yang paling banyak umat di wihara sini,” ujarnya.
Selain donasi, ia juga mengatur relawan untuk membantu menyiapkan buka puasa. Ada yang bertugas belanja, menanak nasi, memasak lauk, juga ada yang bertugas membuat minuman. Setelah selesai, ada lagi yang bertugas menata makanan serta membagikannya kepada mereka yang datang berbuka puasa.
Salah satu relawan yang juga umat wihara, Amelia Wati (68), datang setiap pukul 16.00 WIB untuk membantu menyiapkan makanan berbuka puasa. “Membantu ya sejak pertama kali ada buka puasa di sini,” ujar Amelia.(Kompas.com)