Find Us On Social Media :

Ketika Warga Muslim di Sebuah Desa di Pakistan 'Bantingan' Membantu Pembangunan Gereja

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 15 Juni 2016 | 12:30 WIB

Ketika Warga Muslim di Sebuah Desa di Pakistan 'Bantingan' Membantu Pembangunan Gereja

Intisari-Online.com - Bertoleransi yang baik adalah bertoleransi yang dipraktikkan, bukan teori atau sekadar ucapan di mulut belaka. Itulah yang ditunjukkan oleh warga muslim di desa Khaksabad, Pakistan, yang bantingan demi membantu pembangunan gereja bagi tetangga mereka yang beragama Nasrani.

Mereka mendonasikan uang, berapa pun yang mereka miliki, untuk membantu pembangunan sebuah gereja baru untuk umat Kristen desa itu. Harian Daily Pakistan mengabarkan, gereja lama yang dibangun dengan menggunakan tanah liat, hancur akibat terjangan hujan deras beberapa waktu lalu.

“Saya mengetahui proyek di komunitas ini dalam pertemuan desa bulan lalu. Gereja juga rumah Allah, doa adalah yang terpenting. Kami menyembah Tuhan yang sama,” kata Dilawar Hussein, seorang pedagang beragama Islam.

Besarnya uang yang disumbangkan sangat tergantung kemampuan warga. Seorang petani memberikan donasi sebesar Rp400 ribu, sementara seorang pebisnis seperti Hussain menyumbang sekitar Rp2 juta, beberapa orang lain malah menyumbang hingga lebih dari Rp6 juta.

“Usai kerusuhan lokal kami mencoba mempersatukan kembali warga,” kata seorang warga desa Ijaz Farooq kepada BBC. “Kami meningkatkan kegiatan kami sehingga kami tak perlu lagi menghadapi masalah serupa. Dengan membangun gereja ini, kami ingin menunjukkan bahwa kami adalah komunitas yang bersatu.”

Sebagai informasi, Gojra, kota terdekat dari desa itu, pernah dilanda kerusuhan antaragama pada 2009 ketika massa menyerang kediaman warga pemeluk Kristen dan mengakibatkan 10 orang tewas. Tujuh orang di antara mereka tewas terbakar hidup-hidup di kediaman mereka dan empat gereja di beberapa desa hancur.

“Sejak masa kecil saya, kami selalu tinggal bersama di satu desa. Kami hidup dengan cinta kasih dan kami saling menghadiri pesta pernikahan dan hari raya masing-masing,” kata Faryal Masih, warga desa pemeluk Kristen. “Kami selalu bersama di saat susah dan senang. Saya selalu berdoa agar hal seperti terjadi di Gojra tak terulang.” Dengan keberadaan gereja baru itu, maka umat Kristen di desa tersebut tak lagi perlu menyewa atau meminjam rumah seseorang untuk merayakan Natal, Paskah atau hari besar lainnya. “Awalnya saya tak percaya ketika para pemimpim umat Muslim mengatakan mereka akan membantu kami membangun gereja. Mimpi lama komunitas kami kini menjadi kenyataan,” tambah laki-laki itu dengan mata berkaca-kaca.