Tradisi Peresean dari Nusa Tenggara Barat, Pertarungan Sengit yang Diyakini Mampu Menggetarkan Langit

Afif Khoirul M

Penulis

Tradisi Paresean dari Nusa Tenggara Barat.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Pulau seribu masjid ini, menyimpan sejuta kisah yang terukir dalam lekuk budaya dan tradisi. Salah satunya adalah Peresean, sebuah seni pertarungan yang memadukan kekuatan fisik, keberanian, dan nilai-nilai luhur.

Seperti syair yang mengalun dari masa lampau, Peresean telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sasak, suku asli Nusa Tenggara Barat.

Diiringi tabuhan gendang beleq dan seruling yang menggetarkan jiwa, dua lelaki gagah berani, atau yang disebut pepadu, beradu ketangkasan di tengah arena.

Berbekal penjalin, tongkat rotan yang lentur, dan ende, perisai dari kulit kerbau yang kokoh, mereka saling serang dan bertahan.

Namun, Peresean bukan sekadar adu kekuatan semata. Lebih dari itu, ia adalah sebuah ritual sakral, cerminan filosofi hidup, dan warisan leluhur yang dijaga dari generasi ke generasi. Mari kita telusuri jejak sejarah Peresean, menyelami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Asal-usul Peresean: Antara Mitos dan Fakta

Kabut misteri menyelimuti asal-usul Peresean. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi ini telah ada sejak abad ke-13, berakar dari ritual masyarakat agraris Lombok untuk memohon hujan di musim kemarau.

Konon, pertarungan sengit antara dua pepadu diyakini mampu menggetarkan langit dan membangkitkan Dewata untuk menurunkan hujan.

Kisah lain mengaitkan Peresean dengan legenda Putri Mandalika, sang permaisuri cantik jelita yang rela mengorbankan diri demi perdamaian rakyatnya.

Ia menceburkan diri ke laut, dan dari buih ombak muncullah cacing-cacing laut yang disebut nyale.

Peresean kemudian digelar sebagai bagian dari ritual Bau Nyale, sebuah upacara adat untuk mengenang pengorbanan Putri Mandalika dan sebagai wujud syukur atas keberkahan alam.

Di luar mitos dan legenda, fakta sejarah menunjukkan bahwa Peresean juga erat kaitannya dengan sistem kemasyarakatan dan pemerintahan di Lombok.

Pada masa kerajaan, Peresean menjadi ajang untuk melatih para prajurit, menguji ketangkasan dan keberanian mereka sebelum terjun ke medan perang.

Selain itu, Peresean juga berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan perselisihan antar warga atau antar desa.

Dengan bertarung di arena Peresean, kedua belah pihak dapat menyalurkan emosi dan amarah mereka secara terhormat, tanpa menimbulkan pertumpahan darah yang lebih besar.

Nilai-nilai Luhur dalam Peresean

Di balik aksi laga yang menegangkan, Peresean sarat dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sasak.

Keberanian dan Kejantanan: Seorang pepadu haruslah memiliki keberanian dan kejantanan yang tinggi. Ia tidak boleh gentar menghadapi lawan, meskipun harus bertaruh nyawa.

Ksatria dan Sportifitas: Peresean mengajarkan untuk bertarung secara ksatria, menjunjung tinggi sportifitas, dan menghormati lawan. Meskipun dalam pertarungan, para pepadu tetap menunjukkan rasa hormat dan persaudaraan.

Ketahanan Fisik dan Mental: Peresean menuntut ketahanan fisik dan mental yang prima. Seorang pepadu harus mampu menahan rasa sakit, mengendalikan emosi, dan tetap fokus di tengah tekanan.

Persaudaraan dan Kebersamaan: Meskipun Peresean adalah pertarungan individu, namun ia juga mengajarkan tentang persaudaraan dan kebersamaan. Setelah pertarungan usai, kedua pepadu akan berpelukan, sebagai tanda bahwa mereka adalah saudara sebangsa dan setanah air.

Peresean di Era Modern

Di tengah arus modernisasi, Peresean tetap eksis sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Sasak. Tradisi ini dilestarikan melalui berbagai festival budaya, pertunjukan seni, dan kegiatan pariwisata.

Namun, Peresean juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah pergeseran nilai-nilai dan minat generasi muda terhadap budaya tradisional.

Selain itu, adanya kekhawatiran akan unsur kekerasan dalam Peresean juga menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.

Meskipun demikian, upaya pelestarian Peresean terus dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga adat, maupun masyarakat. Melalui edukasi, pemberdayaan komunitas, dan pengembangan kreativitas, Peresean diharapkan dapat terus lestari dan menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.

Peresean, lebih dari sekadar tontonan yang menghibur. Ia adalah kisah tentang keberanian, kehormatan, dan persaudaraan. Ia adalah cerminan filosofi hidup masyarakat Sasak yang harmonis dengan alam dan sesama.

Mari kita jaga dan lestarikan Peresean, agar tradisi luhur ini tetap hidup dan menginspirasi generasi mendatang.

Sebagaimana bait-bait syair yang terus berkumandang, mengiringi langkah para pepadu di arena Peresean:

“Di tanah Sasak yang bertuah, Peresean tetap berjaya, Sebagai warisan nenek moyang, Yang takkan lekang oleh waktu.”

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait