Ketika Kebudayaan Indonesia Dipamerkan di Belanda Tahun 1932

Afif Khoirul M

Penulis

Wayang bukan sekadar boneka biasa. Di dalamnya banyak falsafah kehidupan yang bisa kita petik (Wikipedia Commons)

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Angin musim semi berembus lembut di kota Den Haag, Belanda, pada suatu hari di bulan Mei 1932.

Di tengah kemegahan arsitektur Eropa yang klasik, terhampar sebuah dunia yang berbeda, sebuah dunia yang eksotis dan penuh misteri: Pameran Indische Tentoonstelling.

Seakan terbangun dari mimpi, taman Westbroekpark disulap menjadi miniatur Hindia Belanda. Gapura-gapura megah bergaya Bali menyambut para pengunjung, sementara aroma dupa dan rempah-rempah menguar di udara, membangkitkan rasa penasaran akan negeri nun jauh di seberang lautan.

Pameran ini, yang berlangsung dari 15 Mei hingga 3 Oktober 1932, merupakan sebuah upaya ambisius untuk menampilkan kekayaan dan keindahan Hindia Belanda kepada masyarakat Belanda.

Ide untuk mengadakan pameran ini muncul setelah suksesnya partisipasi Belanda dalam Exposition Coloniale Internationale di Paris pada tahun 1931.

Pemerintah Belanda, bekerja sama dengan Nederlandsche Tentoonstelling-Maatschappij, ingin menciptakan sebuah pengalaman yang mendalam dan otentik bagi para pengunjung.

Mereka ingin menunjukkan bukan hanya kekayaan alam Hindia Belanda, tetapi juga keragaman budaya dan tradisi masyarakatnya, Sumber: De Indische tentoonstelling te Den Haag, Nieuwsblad van het Noorden, 1932.

Berbagai bangunan khas Indonesia didirikan dengan detail yang memukau. Candi-candi megah dari Jawa Tengah, rumah-rumah adat dari berbagai daerah, dan bahkan replika pasar tradisional dihadirkan dengan begitu nyata.

Para pengunjung dapat menyaksikan langsung bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat di Hindia Belanda, mulai dari petani yang menggarap sawah hingga pengrajin yang menciptakan karya seni yang indah.

Salah satu daya tarik utama pameran ini adalah koleksi wayang kulit yang dipamerkan. Wayang-wayang dengan ukiran yang rumit dan detail, mengisahkan cerita-cerita epik dari Ramayana dan Mahabharata.

Dalang-dalang ternama didatangkan langsung dari Jawa untuk menampilkan pertunjukan wayang kulit yang memukau, diiringi alunan gamelan yang menggetarkan jiwa.

Tak hanya wayang kulit, berbagai kesenian tradisional lainnya juga ditampilkan, seperti tari-tarian dari Bali, musik gamelan dari Jawa, dan pertunjukan angklung dari Sunda. Para pengunjung terpesona oleh keindahan dan keunikan budaya Indonesia yang begitu beragam.

Mereka seakan dibawa ke dalam dunia yang berbeda, dunia yang penuh warna, ritme, dan harmoni.

Pameran Indische Tentoonstelling bukan hanya sebuah ajang pamer kekayaan dan keindahan Hindia Belanda. Lebih dari itu, pameran ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan antara Belanda dan tanah jajahannya.

Pemerintah Belanda berharap, dengan menampilkan sisi humanis dari Hindia Belanda, masyarakat Belanda dapat lebih memahami dan menghargai budaya dan tradisi masyarakat di sana.

Namun, di balik gemerlap dan kemegahan Pameran Indische Tentoonstelling, tersembunyi pula sebuah realitas yang kompleks. Pameran ini juga menjadi cerminan dari hubungan kolonial antara Belanda dan Hindia Belanda.

Beberapa kritikus menilai bahwa pameran ini menampilkan gambaran yang terlalu romantis dan eksotis tentang Hindia Belanda, sementara mengabaikan isu-isu sosial dan politik yang terjadi di sana.

Meskipun demikian, Pameran Indische Tentoonstelling tetap menjadi sebuah peristiwa penting dalam sejarah hubungan antara Belanda dan Indonesia.

Pameran ini telah memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia internasional dan meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam ingatan masyarakat Belanda.

Kini, hampir seabad setelah Pameran Indische Tentoonstelling digelar, kita dapat merenungkan kembali makna dan warisan dari peristiwa bersejarah ini.

Pameran ini mengingatkan kita akan pentingnya dialog dan saling pengertian antar budaya. Di tengah dunia yang semakin terhubung, kita perlu belajar untuk menghargai keragaman dan membangun jembatan persahabatan antar bangsa.

Sumber:

De Indische tentoonstelling te Den Haag, Nieuwsblad van het Noorden, 1932

Indische Tentoonstelling - Monumentenzorg Den Haag, monumentenzorgdenhaag.nl

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait