Penulis
Perkembangan film-film horor tak mungkin dilepaskan dari novel-novel horor yang muncul terlebih dahulu. Begini sejarah film horor, sebagaimana digubah dari artikel berjudul "Film Horor Muncul Sejak Jaman Film Bisu" tayang di Majalah HAI, 2 September 2002.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Dulu, film horor sebatas pada Dracula, Frankenstein, atau Nosferatu. Tapi seiring bergulirnya waktu, berubah juga ragamnya. Adapembunuh bertopeng di Scream, arwah penasaran di The Sixth Sense, sampai alien di Signs.
Kabarnya, film horor sudah ada bahkan sebelum orang menemukan bioskop. Bagaimanapun juga,manusia cenderung tertarik menyaksikan cerita yang mampu menimbulkan rasa takut dan penuh dengan ketegangan.
Seturut pernyataanJohn Carpenter si sutradara Halloween, rasa takut adalah sisi emosi terkuat yang dimiliki manusia, dan rasa takut terhadap sesuatu yang tidak terlihat sudah dimiliki manusia sejak zaman purba.
"Kita berhubungan dengan hal-hal yang pernah dirasakan tiap orang, dari bayi mungil yang takut gelap dan sosok yang nggak dikenal. If you're making a horror film you get to play with the audiences feelings," ujar John panjang.
Jika dirunut kembali ke belakang,genre film horor sendiri berasal dari novel-novel Inggris yang muncul pada akhir abad 18 hingga awal abad 19.Ann Radcliffe, M.G Lewis, dan Charles Maturin bisa disebut sebagai pionir novel-novel bergenre horor.
Novel mereka umumnya berisikan kisah percintaan dibumbui dengan pembunuhan dan penderitaan.
Novel biasanya dinikmati lewat imajinasi manusia, kemudian digubah dalam bentuk visual dan gerakan secara langsung dalam bentuk pementasan teater. Perkembangan teater di Eropa ini makin memacu berkembangnya bioskop.
Saat era film bisu muncul, horor pun tampil dalam bentuk film.
Perkembangan film horor sendiri dimulai pada 1900 sampai 1930, saat novel-novel klasik macam Frankenstein-nya Mary Shelley, atau Dr Jekyll and Mr Hyde dirilis. Tapi sebenernya film horor pertama adalah Le Manoir du Diable (The House of the Devil/Tanah Setan) pada 1896. Sedang salah satu film horor klasik adalah adaptasi paling sukses dari novel Dracula (Bram Stoker, 1922), Nosferatu: a Symphony of Horror.
Timeline film horor
Perkembangan film horor di era film bisu mulai melahirkan tokoh dan karakter villain berbentuk "mahluk gaib" macam Drakula, Frankenstein, mumi, zombie, atau monster. Karakter ini masih muncul dalam era film sekarang. Lihatlah Jason dalam Friday the 13th atau Freddy Krueger dalam Nightmare on Elm Street.
Tahun 1940-an sampai 1950-an ditandai dengan film-film horor hasil remake atau sekuel.
The Mummy Hand yang dibuat pada 1940 menjadi film horor pertama yang dibuat sekuelnya, dengan judul The Mummy. Lewat film ini juga diperkenalkan sebuah karakter mumi bernama Kharis, yang diperani Tom Tyler. Selain itu juga dibuat remake dari Dr Jekyll and Mr Hyde (diperankan oleh Spencer Tracey).
Memasuki era 1950-an sampai 1960-an, film horor dengan efek khusus dimulai. Meski hasilnya kacau-balau dan masih hitam putih, banyak film dari masa ini menjadi pujaan dan menjadi cult movies (film yang semula dicuekin, tapi belakangan ditonton banyak orang).
Alien juga menjadi musuh baru manusia. The Thing, The War of the World, atau Tarantula jadi bukti penggunaan efek khusus sebagai daya tarik utama.
Memasuki tahun 1960-an dan 1970-an filmmaker horor mulai meninggalkan efek khusus dan kembali menjadi horor murni. Alfred Hitchcock atau George Romero melahirkan film horor klasik macam Psycho dan Night of the Living Dead.
Tidakhanya menjadi box office, Psycho (Alfred Hitchcock, 1960) juga menjadi tonggak sejarah yang mengubah alur film horor. Lewat nih film sebuah karakter pembunuh pertama kali diperkenalkan kepada penikmat film horor.
Sedang Night of the Living Dead (George Romero, 1968) menjadi film horor paling berpengaruh pada era ini. Meski cuma hitam dan putih, film ini sukses bercokol di box office dan membuka sub genre baru dalam film horor.
Bagaimana sisi komersialnya?
Memasuki era 1970-an dan 1980-an, muncul The Exorcist (1973). Kelak, film yang diangkat dari novel William Peter Blatty dan disutradarai William Friedkin ini dikenal sebagai film horor paling laris sepanjang masa. Meski begitu, film ini mendatangkan kontroversi tersendiri di kalangan kaum religius karena jalan ceritanya yang berbicara mengenai exorcism (pengusiran arwah).
Era ini juga memperkenalkan pembantaian besar-besaran yang dilakukan oleh roh jahat dan binatang buas. Halloween (1979) memperlihatkan iblis berwujud manusia bernama Michael Myers yang asik mencincang buruannya.
Halloween sendiri menjadi film indie satu-satunya yang mampu mendatangkan keuntungan komersial gila-gilaan.
Jangan lupa dengan Steven Spielberg yang doyan menggunakan efek khusus. Spielberg menghasilkan Jaws (1975) yang bercerita mengenai hiu raksasa yang membuat teror di sebuah kepulauan. Muncul juga Ridley Scott yang menghasilkan Alien (1979), film ini menjadi legenda tersendiri bagi penikmat film alien dan science fiction.
Pada 1980-an ditandai sebagai era film horor modern setelah mulai memikirkan sisi komersil. Memanfaatkan booming TV kabel dan kaset video VHS, beberapa film mencoba menggunakan dua media ini sebagai jalur distribusinya.
Pada masa ini film-film berbau pembantaian juga masih jadi andalan, lihatlah Jason dalam Friday the 13th (1980), Freddy Kruger dalam Nightmare on Elm Street (1984), atauArnold Schwarzenegger yang diburu alien dalam Predator (1987).
Memasuki tahun '90-an sampai 2000 film horor mendapat suntikan darah segar dengan dirilisnya The Silence of the Lambs. Karakter Hannibal Lecter (Anthony Hopkins) jadi model baru psikopat cerdas yang tidak begitu aja membantai korbannya.
Melejit pula nama M. Night Shyamalan sebagai raja horor era ini lewat The Sixth Sense (1999). Night coba mengubah sudut pandang horor konvensional yang melulu memperlihatkan sisi pandang manusia sebagai korban.
Kesimpulannya:filmhoror telah menjadi ikon dalam dunia film. Selama manusia masih takut akan sesuatu dijamin bakalan ada film horor jenis baru yang nggak pernah terbayangkan. Bukankah begitu?