Dampak Bidang Politik Sistem Imperialisme yang Diterapkan Bangsa Eropa di Indonesia

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Mengapa imperialisme modern muncul setelah terjadinya revolusi industri

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Sebuah Untaian Kisah Nestapa Nusantara di Bawah Cengkeraman Kekuasaan Asing

Intisari-online.com - Angin senja berbisik pilu, menyapu pucuk-pucuk pohon kelapa yang menjulang tinggi di pesisir pantai Jawa. Ombak laut selatan berdebur, seakan turut meratapi nasib Nusantara yang terbelenggu dalam cengkeraman imperialisme bangsa Eropa.

Rempah-rempah yang harum, tanah yang subur, serta kekayaan alam yang melimpah ruah, menjadi magnet yang menarik para penjajah untuk menancapkan kukunya di bumi pertiwi.

Kedatangan mereka yang semula disambut dengan ramah, perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap sendi kehidupan masyarakat Indonesia, tak terkecuali di bidang politik.

Sistem imperialisme yang diterapkan bangsa Eropa di Indonesia telah menorehkan luka yang dalam pada tatanan politik Nusantara.

Kekuasaan raja-raja pribumi yang dulunya berdaulat, perlahan terkikis dan tergantikan oleh sistem pemerintahan kolonial yang asing. Birokrasi tradisional yang telah mengakar kuat di masyarakat, dipaksa bertransformasi menjadi sistem birokrasi modern ala Barat.

Para bupati yang semula merupakan pemimpin yang dihormati dan disegani, kini hanyalah pegawai negeri yang digaji, tak ubahnya pion-pion dalam permainan catur politik para penjajah.

Hilangnya Kedaulatan dan Martabat Bangsa

Salah satu dampak paling nyata dari imperialisme di bidang politik adalah hilangnya kedaulatan dan martabat bangsa Indonesia.

Para penguasa pribumi yang dulunya merdeka dalam menentukan arah kebijakan kerajaan, kini tak lebih dari boneka yang dikendalikan oleh para penjajah. Intervensi dalam urusan internal kerajaan, seperti pergantian tahta dan pengangkatan pejabat, menjadi hal yang lumrah.

Kekuasaan para raja semakin tereduksi, bahkan tak jarang direnggut paksa dan digantikan oleh pemerintahan kolonial.

Politik Adu Domba dan Monopoli Perdagangan

Tak hanya merampas kedaulatan politik, bangsa Eropa juga menerapkan politik adu domba atau devide et impera untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Kerajaan-kerajaan di Nusantara yang semula hidup berdampingan dengan damai, kini diadu domba untuk saling bermusuhan dan berperang.

Strategi licik ini terbukti efektif dalam melemahkan kekuatan kerajaan-kerajaan pribumi, sehingga memudahkan para penjajah untuk menguasai dan mengeksploitasi kekayaan Nusantara.

Selain itu, bangsa Eropa juga menerapkan monopoli perdagangan yang merugikan perekonomian Indonesia. Rempah-rempah dan hasil bumi lainnya yang melimpah, dipaksa dijual dengan harga murah kepada para penjajah.

Sementara itu, masyarakat Indonesia diharuskan membeli barang-barang produksi Eropa dengan harga yang sangat mahal. Sistem perdagangan yang tidak adil ini membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk, dan memperkaya para penjajah.

Perlawanan dan Perjuangan Menuju Kemerdekaan

Meskipun berada di bawah tekanan dan penindasan, semangat juang rakyat Indonesia untuk merebut kembali kemerdekaan tak pernah padam.

Berbagai perlawanan dari berbagai daerah di Nusantara berkobar, dipimpin oleh para pahlawan nasional yang gagah berani.

Pangeran Diponegoro di Jawa, Imam Bonjol di Sumatera Barat, Cut Nyak Dien di Aceh, dan banyak lagi pejuang lainnya, telah mengorbankan jiwa dan raga demi membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan.

Perjuangan mereka bukanlah perjuangan yang mudah. Pengorbanan darah dan air mata tak terelakkan dalam menghadapi kekuatan penjajah yang jauh lebih modern dan canggih.

Namun, semangat pantang menyerah dan keyakinan akan kemerdekaan yang hakiki, menjadi obor penyemangat yang tak pernah padam.

Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Kemerdekaan

Memasuki abad ke-20, perjuangan rakyat Indonesia memasuki babak baru. Kebangkitan Nasional yang ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij, menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pergerakan nasional ini tidak hanya berfokus pada perlawanan fisik, tetapi juga pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan dan organisasi.

Munculnya tokoh-tokoh nasionalis seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan banyak lagi, semakin mengobarkan semangat perjuangan rakyat Indonesia.

Mereka menyadari bahwa kemerdekaan tidak akan diberikan begitu saja oleh penjajah, melainkan harus direbut dengan perjuangan dan pengorbanan.

Proklamasi Kemerdekaan dan Awal Era Baru

Puncak dari perjuangan panjang dan berliku rakyat Indonesia adalah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Peristiwa bersejarah ini menandai berakhirnya penjajahan di Indonesia dan dimulainya era baru bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat.

Proklamasi Kemerdekaan bukanlah akhir dari segalanya. Perjuangan bangsa Indonesia masih panjang dan penuh tantangan.

Namun, dengan semangat persatuan dan kesatuan, serta tekad yang kuat untuk membangun Indonesia yang lebih baik, kita yakin bahwa cita-cita para pahlawan bangsa akan terwujud.

Kisah dampak imperialisme di bidang politik Indonesia adalah sebuah pengingat akan pentingnya menjaga kedaulatan dan martabat bangsa.

Perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan harus menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus membangun Indonesia yang lebih baik, adil, dan makmur.

Semoga artikel ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif dan menyentuh hati tentang dampak imperialisme di bidang politik Indonesia.

Sumber:

Reid, Anthony. (1974). The Indonesian National Revolution 1945-1950. Melbourne: Longman Australia Pty Ltd.

Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1200 (4th edition). Stanford: Stanford University Press.

Kahin, George McTurnan. (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press.

Anderson, Benedict. (1972). Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946. Ithaca: Cornell University Press.

Cribb, Robert. (2000). Historical Atlas of Indonesia. Honolulu: University of Hawaii Press.

Legge, J.D. (1964). Indonesia. Englewood Cliffs: Prentice-Hall Inc.

Vlekke, Bernard H.M. (1945). Nusantara: A History of the East Indian Archipelago. Cambridge: Harvard University Press.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait