Penulis
Selarong, 4 Oktober 1825. Benteng alam yang kokoh, tempat Pangeran Diponegoro dan pasukannya berlindung, kini menjadi sasaran amukan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de Kock.
Jenderal yang dikenal licik dan bengis ini, bertekad untuk meringkus Sang Pangeran, pemimpin perlawanan yang telah mengobarkan semangat juang rakyat Jawa selama bertahun-tahun.
De Kock bukanlah lawan yang mudah. Ia telah mempelajari taktik gerilya Diponegoro, serta medan pertempuran yang sulit di pegunungan Menoreh. Ia mengerahkan pasukan terbaiknya, dilengkapi persenjataan modern, untuk menghancurkan pertahanan Selarong.
Di kubu pertahanan, Pangeran Diponegoro berdiri tegar bagai karang di tengah badai. Sorot matanya tajam memancarkan semangat perlawanan yang tak pernah padam. Di sampingnya, para panglima setia seperti Sentot Prawirodirjo, Kyai Mojo, dan Pangeran Mangkubumi, siap bertempur hingga titik darah penghabisan.
Serangan dimulai. Dentuman meriam menggelegar, membelah langit pagi yang cerah. Hujan peluru membabi buta, menghantam dinding-dinding gua dan pepohonan di sekitar Selarong.
Pasukan Diponegoro membalas dengan gagah berani. Tombak, keris, dan pedang beradu dengan bayonet dan senapan. Pekik takbir bergema di antara deru pertempuran, membakar semangat juang para pejuang.
Pertempuran berlangsung sengit. Pasukan Belanda yang lebih lengkap dan terlatih, perlahan namun pasti, mendesak pasukan Diponegoro.
Jenderal de Kock mengerahkan segala daya upaya untuk menembus pertahanan Selarong. Ia tahu, meringkus Diponegoro adalah kunci untuk memadamkan api perlawanan di Jawa.
Namun, Selarong bukanlah benteng yang mudah ditaklukkan. Medan yang terjal dan semangat juang pasukan Diponegoro menjadi tembok kokoh yang sulit ditembus.
Pangeran Diponegoro, dengan kharisma kepemimpinannya, mampu membangkitkan semangat juang pasukannya. Ia bagai singa yang mengaum di tengah pertempuran, mengobarkan nyala perlawanan di hati para pengikutnya.
Di tengah gempuran yang bertubi-tubi, Pangeran Diponegoro tetap tenang. Ia membaca situasi pertempuran dengan cermat, mencari celah untuk membalikkan keadaan.
Dengan strategi yang jitu, ia memerintahkan pasukannya untuk melakukan serangan balik. Pasukan Belanda yang lengah, terkejut dan terdesak.
Pertempuran berlangsung hingga senja. Langit merah saga menjadi saksi bisu kegigihan para pejuang Jawa.
Meskipun kalah dalam persenjataan, mereka memiliki semangat juang yang tak tertandingi. Namun, kekuatan pasukan Belanda yang jauh lebih besar, akhirnya berhasil menembus pertahanan Selarong.
Pangeran Diponegoro, dengan berat hati, memutuskan untuk mundur. Ia bersama pasukannya meninggalkan Selarong, melanjutkan perjuangan di medan gerilya.
Meskipun Selarong jatuh ke tangan Belanda, semangat perlawanan yang berkobar di hati para pejuang, tak akan pernah padam.
Serangan de Kock ke Selarong pada 4 Oktober 1825, menjadi salah satu babak penting dalam Perang Jawa. Pertempuran ini menunjukkan kegigihan dan keberanian Pangeran Diponegoro beserta pasukannya dalam melawan penjajah.
Meskipun Selarong jatuh, semangat perlawanan terus berkobar, menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Sumber:
Carey, P. B. R. (1878). Babad Dipå-Negårå: An Account of the Prince Dipå-Negårå, and the principal events in the Javanese history from 1789 to 1856 A.D. Vols. 2-3. Buku ini memberikan catatan sejarah Perang Jawa, termasuk serangan di Selarong.
Sagimun M. D. (1976). Pangeran Diponegoro: Pahlawan Nasional. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Biografi Pangeran Diponegoro ini memberikan detail tentang strategi perang dan kepemimpinannya.
Pemugaran, D. P., & Kebudayaan, P. (1980). Perang Diponegoro, 1825-1830. Buku ini memberikan analisis mendalam tentang Perang Diponegoro, termasuk pertempuran di Selarong.
Ricklefs, M. C. (2008). A history of modern Indonesia since c. 1200. Palgrave Macmillan. Buku ini memberikan konteks sejarah yang lebih luas tentang Perang Jawa dan peran Pangeran Diponegoro.
*