Find Us On Social Media :

Mutiara Hitam yang Tak Padam: Perjuangan Rakyat Papua Melawan Kolonial Belanda

By Afif Khoirul M, Kamis, 3 Oktober 2024 | 14:55 WIB

Ilustrasi - Operasi Trikora di Papua

Intisari-online.com - Angin berbisik di antara pepohonan sagu, mengantar kisah perjuangan yang terukir di Tanah Papua.
 
Jauh di ufuk timur Nusantara, di mana matahari pertama kali menyapa Indonesia, terbentang sebuah perjuangan yang unik dan berbeda.
 
Perjuangan rakyat Papua melawan kolonial Belanda adalah sebuah simfoni perlawanan yang mengalun dengan irama khas, berbeda dari saudara-saudaranya di wilayah Nusantara lainnya.
 
Perjuangan rakyat Papua bukanlah sebuah kisah tunggal, melainkan sebuah mosaik perlawanan yang dijalin dari berbagai benang merah sejarah, budaya, dan geografi.
 
Berbeda dengan daerah lain di Indonesia yang umumnya memiliki struktur kerajaan atau kesultanan, masyarakat Papua hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang tersebar di seluruh penjuru pulau.
 
Kondisi geografis Papua yang dipenuhi pegunungan terjal dan hutan lebat semakin mempersulit persatuan dan koordinasi antar kelompok.Namun, keterbatasan ini justru melahirkan semangat juang yang khas. Perlawanan rakyat Papua muncul dalam bentuk perang gerilya yang sporadis dan dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik dari masing-masing suku.
 
Nama-nama seperti Silas Papare, Frans Kaisiepo, dan Marthen Indey terukir dalam tinta emas sejarah sebagai pahlawan yang gigih mengobarkan semangat perlawanan.Salah satu faktor pembeda yang mencolok adalah keberagaman budaya dan bahasa di Papua. Diperkirakan terdapat lebih dari 250 suku dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda.
 
Keberagaman ini menjadi tantangan tersendiri dalam menggalang persatuan melawan penjajah.
 
Namun, di sisi lain, keberagaman tersebut juga menjadi kekuatan yang menyulitkan Belanda untuk menerapkan strategi "pecah belah" yang kerap digunakan di daerah lain.Kepercayaan animisme dan dinamisme yang mengakar kuat dalam budaya Papua juga turut mewarnai perjuangan mereka.
 
Alam, leluhur, dan roh-roh dipercaya memiliki kekuatan yang dapat membantu mengusir penjajah.
 
Ritual-ritual adat dan kepercayaan tradisional menjadi sumber kekuatan spiritual bagi rakyat Papua dalam menghadapi kolonialisme.Perlawanan rakyat Papua tidak hanya berkobar di medan perang, tetapi juga di panggung diplomasi.
 
Frans Kaisiepo, salah satu tokoh penting Papua, aktif memperjuangkan hak-hak politik rakyat Papua di forum internasional. Ia gigih menyuarakan pentingnya penentuan nasib sendiri bagi Papua, sebuah konsep yang saat itu masih asing di telinga dunia.Perjuangan rakyat Papua melawan kolonial Belanda adalah sebuah perjuangan yang panjang dan berliku.
 
Meskipun Belanda berhasil menguasai Papua secara de facto, semangat perlawanan rakyat Papua tidak pernah padam.
 
Api perjuangan terus berkobar, diwariskan dari generasi ke generasi, mengingatkan kita akan pentingnya kebebasan, kemerdekaan, dan harga diri.Sumber:Indey, Marthen. Perjalanan Hidupku: Papua dari Masa ke Masa. Jayapura: Cenderawasih University Press, 2005.Kaisiepo, Frans. Aku dan Papua. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 1997.Papare, Silas. Sang Pejuang: Otobiografi Silas Papare. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2000.Pouwer, Jan. The Colonial Legacy in Papua New Guinea. Melbourne: Oxford University Press, 1973.Singh, Bilveer. West Papua and Indonesia since Suharto: Independence, Autonomy, or Chaos?. Singapore: NUS Press, 2015.

 

 

*