Upaya Pembebasan Sandera di Papua Berujung Pengerahan Pasukan Elit Oleh Prabowo

Afif Khoirul M

Penulis

Operasi Mapeduma adalah pembebasan sadera yang dipimpin oleh Prabowo Subianto.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Angin pagi berbisik pilu, membawa kabar yang menggemparkan dari jantung belantara Papua.

Pada tanggal 8 Januari 1996, di Mapenduma, Jayawijaya, 26 anggota Tim Ekspedisi Lorentz '95 disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik. Kabar ini mengguncang seluruh negeri, menebar kecemasan dan keprihatinan.

Tangis keluarga sandera bergema, menyatu dengan gemuruh mesin helikopter yang bersiap terbang menuju medan operasi.

Pasukan elit Kopassus, dipimpin oleh Prabowo Subianto, dikerahkan untuk membebaskan para sandera.

Misi ini bukan sekadar operasi militer, melainkan simfoni keberanian yang dimainkan di panggung alam Papua yang ganas.

Prajurit Kopassus bergerak senyap, bagai bayangan yang menari di antara pepohonan raksasa. Setiap langkah adalah perjuangan, setiap helaan napas adalah doa.

Mereka berhadapan dengan medan yang tak bersahabat, di mana bahaya mengintai di setiap sudut. Namun, semangat mereka tak pernah padam, didorong oleh tekad untuk membawa pulang para sandera dengan selamat.

Di tengah ketegangan, upaya negosiasi dilakukan. Kata-kata menjadi senjata, diplomasi menjadi perisai. Setiap kalimat ditimbang dengan hati-hati, setiap jeda sarat makna.

Namun, OPM tetap bersikukuh, menjadikan para sandera sebagai pion dalam permainan politik mereka.

Setelah berbulan-bulan negosiasi buntu, keputusan diambil. Pada tanggal 9 Mei 1996, Kopassus melancarkan serangan kilat ke markas OPM di Geselama, Mimika.

Suara tembakan memecah kesunyian hutan, adrenalin mengalir deras. Prajurit Kopassus bergerak cepat dan presisi, membebaskan para sandera dalam operasi yang dramatis.

Operasi Mapenduma berakhir dengan keberhasilan, namun juga meninggalkan luka. Dua sandera, Matheis Yosias Lasembu dan Navy W. Th. Panekenan, gugur dalam operasi tersebut.

Kemenangan ini terasa pahit, diwarnai air mata kesedihan dan penghormatan bagi mereka yang telah berkorban.

Operasi Mapenduma 1996 menjadi catatan sejarah yang tak terlupakan. Ia adalah kisah tentang keberanian, pengorbanan, dan semangat pantang menyerah.

Ia adalah bukti bahwa di tengah kegelapan, selalu ada secercah harapan. Ia adalah warisan bagi generasi mendatang, pengingat akan pentingnya persatuan dan perjuangan untuk kemanusiaan.

Operasi Mapenduma bukan sekadar operasi militer, melainkan juga cerminan kompleksitas konflik di Papua. Ia adalah pengingat bahwa perdamaian sejati hanya bisa dicapai melalui dialog dan saling pengertian, bukan melalui kekerasan.

Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus memperjuangkan perdamaian dan keadilan, di Papua dan di seluruh dunia.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait