Find Us On Social Media :

Merebut Irian Barat dari Dalam: Saat Papua Jadi Bagian dari Indonesia

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 22 September 2024 | 11:07 WIB

Indonesia ingin Irian Barat kembali ke pangkuannya, sementara Belanda semakin menutup akses. Tak ada jalan lain kecuali operasi militer.

Operasi Pembebasan Irian Barat, dikenal dengan sebutan Operasi Trikora (1962), tidak bisa dilepaskan dari KMB pada 1949. Perundingan itu menyisakan wilayah Irian Barat dan harus selesai dalam satu tahun. Persoalan berlarut-larut. Sejak 1954 Belanda menutup rapat-rapat wilayah itu dari perundingan. Tak ada cara lain, harus ada operasi militer untuk mengembalikan wilayah itu ke pangkuan RI. Inilah Cuplikan Buku Intisari dari buku 52 Tahun Infiltrasi PGT di Irian Barat karya Beny Adrian.

Pencukil: Mayong Suryo Laksno, yang di Majalah Intisari pada Juli 2014.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Agustus 1960, Jakarta resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Bersamaan dengan itu Indonesia mulai menerima kiriman senjata dalam jumlah besar dari Uni Soviet.

Antara lain kapal penjelajah (cruiser) KRI Irian, kapal selam, tank amfibi, helikopter, pesawat transpor, pesawat tempur MiG-15, -17, -19, dan -21, pengebom Ilyushin Il-28, dan Tupolev Tu-16.

Seketika Indonesia menjadi negara dengan kekuatan yang disegani. Pakta pertahanan Asia Tenggara (SEATO) berafiliasi ke Barat alias ke Amerika Serikat yang masih menghendaki Belanda di Irian Barat. Tapi melihat semangat rakyat Indonesia yang amat tinggi untuk mengembalikan wilayah itu ke pangkuan RI, pandangan mereka mendua. Apalagi di dalam negeri, Partai Komunis menunggangi sentimen anti-Barat untuk melakukan konsolidasi kekuatan.

Presiden Kennedy sebetulnya lebih setuju pada pengembalian Irian Barat ke Indonesia, namun di sisi lain dia juga ingin menjaga agar Belanda tidak kehilangan muka. Maka, kendati pada 19 Desember 1961 Presiden Sukarno mencanangkan "Tri Komando Rakyat" disusul pembentukan Komando Mandala, AS masih mendesakkan perundingan.

Perundingan awal secara rahasia di Middleburg, Virginia, AS, 20-22 Maret 1962, melibatkan negosiator Dubes Belanda Herman van Roijen dan Dubes RI di Moskwa, Adam Malik. Tapi perundingan gagal karena kedua delegasi memiliki dasar pijak yang berbeda.

Presiden Kennedy menelepon Presiden Sukarno agar memulai perundingan lagi. Kennedy menghendaki, kedaulatan Papua Barat (ketika itu masih Irian Barat) harus diserahkan dulu ke Pemerintah Indonesia sebelum rakyatnya menentukan nasib sendiri.

Sementara itu di lapangan, aksi pembebasan sudah mulai. Kontak senjata terjadi. Tanggal 17 Mei Belanda mengklaim menembak jatuh pesawat Indonesia, dan esok harinya Dubes RI di PBB Sukardjo Wirjopranoto menegaskan penerjunan pasukan payung Indonesia menandai dimulainya "aksi pembebasan" Irian Barat.