Find Us On Social Media :

Penyebab Kegagalan Perekonomian Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin

By Afif Khoirul M, Sabtu, 14 September 2024 | 20:20 WIB

Ilustrasi - Setelah dekrit presiden 5 juli 1959 ternyata indonesia memasuki masa demokrasi terpimpin.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di balik gemerlap retorika revolusi dan cita-cita luhur membangun bangsa, masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia menyimpan kisah pilu tentang kegagalan ekonomi yang membekas dalam ingatan kolektif bangsa.

Pada masa itu, Indonesia yang baru saja merdeka, berjuang untuk berdiri tegak di tengah pusaran konflik politik dan ambisi pembangunan yang melampaui batas kemampuan.

Mimpi yang Terbang Terlalu Tinggi

Di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia memasuki era Demokrasi Terpimpin dengan semangat membara untuk mewujudkan cita-cita revolusi.

Pembangunan besar-besaran digaungkan, mulai dari proyek infrastruktur megah hingga ambisi menjadi tuan rumah Asian Games dan Konferensi Asia Afrika. Namun, di balik gegap gempita pembangunan, ada bayang-bayang ketidakseimbangan yang mengintai.

Anggaran negara yang terbatas dialihkan untuk mendanai proyek-proyek prestisius, sementara sektor-sektor vital seperti pertanian dan industri terabaikan.

Inflasi merajalela, harga-harga melambung tinggi, dan rakyat kecil semakin terjepit dalam kesulitan hidup. Mimpi pembangunan yang terbang terlalu tinggi akhirnya menghantam bumi kenyataan yang keras.

Konflik Politik yang Melumpuhkan

Masa Demokrasi Terpimpin juga ditandai oleh konflik politik yang tak kunjung usai. Pertikaian antara partai-partai politik dan perebutan kekuasaan menguras energi bangsa.

Kebijakan ekonomi yang seharusnya menjadi prioritas terpinggirkan oleh kepentingan politik jangka pendek.

Ketidakstabilan politik ini menciptakan iklim investasi yang tidak kondusif. Para pengusaha enggan menanamkan modal di tengah ketidakpastian, sementara modal asing semakin menjauh dari Indonesia.

Roda perekonomian yang seharusnya berputar kencang justru tersendat-sendat, terhambat oleh konflik politik yang tak berkesudahan.

Petualangan Politik Luar Negeri yang Mahal

Ambisi Presiden Soekarno untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di panggung internasional juga berdampak pada perekonomian.

Konfrontasi dengan Malaysia dan keterlibatan dalam Gerakan Non-Blok menguras sumber daya negara yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dalam negeri.

Petualangan politik luar negeri yang mahal ini semakin memperburuk kondisi ekonomi. Embargo ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat membuat Indonesia semakin terisolasi.

Ekspor terhambat, impor barang-barang kebutuhan pokok menjadi sulit, dan krisis ekonomi semakin mendalam.

Manajemen Ekonomi yang Amburadul

Salah satu penyebab utama kegagalan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin adalah manajemen ekonomi yang amburadul. Kebijakan ekonomi yang tidak konsisten dan seringkali berubah-ubah menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi.

Kebijakan nasionalisasi perusahaan asing yang dilakukan secara tergesa-gesa juga berdampak buruk pada perekonomian.

Banyak perusahaan yang diambil alih oleh pemerintah tidak dikelola dengan baik, sehingga produktivitas menurun dan kerugian semakin membengkak.

Selain itu, korupsi yang merajalela di kalangan pejabat pemerintah semakin memperparah kondisi ekonomi.

Uang negara yang seharusnya digunakan untuk pembangunan justru mengalir ke kantong-kantong pribadi. Ketidakadilan sosial semakin tajam, sementara rakyat kecil semakin menderita.

Warisan Luka yang Mendalam

Kegagalan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin meninggalkan warisan luka yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan sosial menjadi masalah kronis yang sulit diatasi hingga saat ini.

Namun, dari kegagalan tersebut, kita juga bisa belajar banyak hal. Pentingnya stabilitas politik, manajemen ekonomi yang baik, dan prioritas pembangunan yang tepat menjadi pelajaran berharga yang tidak boleh dilupakan.

Masa Demokrasi Terpimpin adalah bagian dari sejarah bangsa yang penuh dengan dinamika dan tantangan.

Meskipun meninggalkan luka yang mendalam, kita harus tetap menghargai perjuangan para pendahulu kita dalam membangun bangsa. Semoga kita bisa belajar dari kesalahan masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.

 

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---