Find Us On Social Media :

Mutiara Hitam di Ujung Borneo: Tarakan, Sasaran Pertama Matahari Terbit

By Afif Khoirul M, Kamis, 12 September 2024 | 18:10 WIB

Kedatangan tentara Jepang ke Hindia Belanda (Indonesia). Artikel ini mengulas bagaimana setelah berkuasa Jepang membagi Indonesia menjadi 3 wilayah pemerintahan militer, mengubah sejarah Nusantara.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Fajar belum lagi menyingsing di ufuk timur kala deru mesin-mesin kapal perang memecah kesunyian pagi di Tarakan.

Burung-burung camar yang biasanya menari-nari di atas gelombang, kini terbang kocar-kacir, seolah meramalkan datangnya badai.

Embun yang masih menempel di dedaunan bak mutiara-mutiara kecil, segera menguap diterpa angin laut yang bertiup kencang.

Hari itu, 11 Januari 1942, adalah hari yang akan mengubah nasib Tarakan, sebuah pulau kecil yang kaya akan minyak di Kalimantan Timur, selamanya.

Tarakan, pada masa itu, adalah sebuah permata di mahkota Hindia Belanda. Sumur-sumur minyaknya yang tak terhitung jumlahnya, menyemburkan cairan hitam pekat yang menjadi sumber energi bagi dunia yang sedang berperang.

Kilang-kilangnya yang megah, berdiri tegak di tepi pantai, mengubah minyak mentah menjadi bahan bakar yang siap digunakan.

Lapangan udaranya yang luas, menjadi tempat persinggahan bagi pesawat-pesawat yang menghubungkan Tarakan dengan dunia luar.

Namun, kekayaan Tarakan juga menjadikannya incaran bagi Jepang, sebuah negara yang sedang haus akan sumber daya alam untuk mendukung ambisi militernya.

Ketika Perang Dunia II berkecamuk di Eropa dan Asia, Jepang memutuskan untuk meluaskan wilayah kekuasaannya ke selatan, termasuk ke Hindia Belanda.

Tarakan, dengan segala potensinya, menjadi target utama.