Bagaimana Pancasila Dikenal Sejak Zaman Majapahit dalam Kitab Sutasoma?

Afif Khoirul M

Penulis

Rangkuman Hubungan Pancasila dengan UUD 1945

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com -Di bawah naungan langit biru Nusantara, di mana matahari terbit menyapa pagi dengan kehangatan, dan angin laut membelai lembut pepohonan, terdapat sebuah kisah yang terukir dalam lembaran-lembaran sejarah.

Kisah ini membawa kita menjelajahi lorong waktu, kembali ke masa kejayaan Majapahit, sebuah kerajaan yang pernah berdiri megah di tanah Jawa. Di tengah gemerlap kemegahan istana dan hiruk-pikuk kehidupan rakyat, tersimpan sebuah mutiara kearifan yang terpatri dalam sebuah kitab suci, Kitab Sutasoma.

Kitab Sutasoma, sebuah karya sastra yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14, bukan hanya sekadar cerita tentang perjalanan spiritual seorang pangeran bernama Sutasoma.

Lebih dari itu, kitab ini mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Nusantara, nilai-nilai yang kemudian kita kenal sebagai Pancasila.

Ketuhanan yang Maha Esa

Dalam bait-bait syair Kitab Sutasoma, terpancar keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta alam semesta. Mpu Tantular dengan indahnya menggambarkan kebesaran Tuhan melalui metafora-metafora alam, mengajak pembaca untuk merenungkan keagungan Sang Pencipta.

Keyakinan ini menjadi landasan spiritual bagi masyarakat Majapahit, dan terus diwariskan dari generasi ke generasi hingga saat ini.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sutasoma, sang pangeran yang penuh welas asih, menjadi teladan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ia rela berkorban demi menyelamatkan rakyatnya dari penderitaan, bahkan rela memberikan dagingnya sendiri kepada seekor harimau yang kelaparan.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya sikap empati, tolong-menolong, dan menghormati martabat setiap manusia.

Persatuan Indonesia

Majapahit, sebuah kerajaan yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama, menjadi bukti nyata akan pentingnya persatuan. Mpu Tantular melalui Kitab Sutasoma mengajak pembaca untuk menghargai keberagaman dan membangun semangat kebersamaan.

Persatuan inilah yang menjadi kekuatan bagi Majapahit dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Dalam Kitab Sutasoma, kita dapat melihat bagaimana sistem pemerintahan Majapahit menjunjung tinggi prinsip musyawarah dan mufakat. Raja, meskipun memiliki kekuasaan tertinggi, tetap mendengarkan nasihat dari para penasihat dan perwakilan rakyat.

Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat telah diakui sejak zaman Majapahit.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mpu Tantular melalui Kitab Sutasoma menggambarkan sebuah masyarakat yang adil dan sejahtera, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kebahagiaan.

Raja bertanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan rakyatnya, dan rakyat pun memiliki kewajiban untuk berkontribusi bagi kemajuan kerajaan.

Pancasila dalam Kitab Sutasoma: Sebuah Refleksi

Kitab Sutasoma, yang ditulis ratusan tahun yang lalu, ternyata mengandung nilai-nilai luhur yang masih relevan hingga saat ini. Pancasila, yang kemudian dirumuskan sebagai dasar negara Indonesia, ternyata telah mengakar kuat dalam budaya dan tradisi Nusantara sejak zaman Majapahit.

Mpu Tantular, melalui karya sastranya, telah berhasil menyampaikan pesan-pesan moral yang abadi. Kitab Sutasoma bukan hanya sekadar cerita, tetapi juga sebuah cermin yang merefleksikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Pancasila: Warisan Abadi Majapahit

Majapahit mungkin telah runtuh, namun warisannya tetap hidup dalam jiwa bangsa Indonesia. Pancasila, yang terpatri dalam Kitab Sutasoma, menjadi bukti bahwa nilai-nilai luhur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa ini.

Mari kita jaga dan lestarikan Pancasila, sebagai warisan abadi dari nenek moyang kita. Mari kita jadikan Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agar Indonesia tetap tegak berdiri sebagai bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur.

Kisah tentang Pancasila dalam Kitab Sutasoma adalah sebuah perjalanan yang menggugah hati dan pikiran. Ia mengingatkan kita akan akar budaya yang kuat, dan nilai-nilai luhur yang telah menjadi fondasi bagi bangsa ini.

Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita semua untuk terus menjaga dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Karena Pancasila bukan hanya sekadar lima sila, tetapi juga sebuah jiwa, sebuah semangat, sebuah identitas bangsa Indonesia.

"Bhineka Tunggal Ika", berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Itulah semboyan yang menggambarkan keindahan keberagaman Indonesia. Mari kita rawat keberagaman ini dengan semangat persatuan dan kesatuan, sebagaimana diajarkan oleh Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma.

Semoga Pancasila tetap bersinar terang, menerangi jalan bangsa Indonesia menuju masa depan yang gemilang.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait