Find Us On Social Media :

Basah Kerto Pengalasan, Bayangan dan Kesetiaan di Pusaran Perang Jawa

By Afif Khoirul M, Rabu, 28 Agustus 2024 | 14:35 WIB

Ilustrasi - Perang Jawa

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Perang Jawa dalam bingkai sejarah

Di lembah-lembah hijau dan pegunungan gagah Jawa, di tengah gemericik sungai-sungai yang mengalir tenang, terukir kisah perjuangan yang tak lekang oleh waktu. Kisah tentang nyala api perlawanan yang membara di dada seorang pangeran, seorang pemimpin yang berani menantang kekuasaan kolonial Belanda. Kisah tentang Perang Jawa, sebuah epos kepahlawanan yang menggetarkan jiwa dan membangkitkan semangat nasionalisme di tanah air tercinta.

Pangeran Diponegoro, sang putra mahkota dari Kesultanan Yogyakarta, adalah sosok sentral dalam kisah ini. Beliau adalah seorang pemimpin yang visioner, seorang negarawan yang arif bijaksana, dan seorang pejuang yang tak kenal gentar. Hatinya terbakar oleh ketidakadilan yang dilakukan oleh Belanda, yang dengan rakusnya menjarah kekayaan alam Jawa dan merampas hak-hak rakyatnya.

Belanda, yang datang ke Nusantara dengan dalih perdagangan, perlahan-lahan memperluas cengkeramannya atas tanah Jawa. Mereka mendirikan benteng-benteng kokoh, membangun jalan-jalan raya, dan menguasai jalur-jalur perdagangan yang strategis. Kekuasaan mereka semakin tak terbendung, seiring dengan melemahnya Kesultanan Yogyakarta dan kerajaan-kerajaan lain di Jawa.

Pangeran Diponegoro melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana rakyatnya menderita di bawah penjajahan Belanda. Petani-petani dipaksa untuk menanam tanaman-tanaman ekspor yang tidak menguntungkan mereka, sementara hasil bumi mereka sendiri dirampas oleh Belanda. Para pedagang Jawa disingkirkan dari jalur perdagangan, yang kini dikuasai oleh kongsi dagang Belanda, VOC.

Ketidakadilan ini semakin diperparah dengan kebijakan-kebijakan Belanda yang sewenang-wenang. Mereka memaksakan pajak-pajak yang tinggi kepada rakyat Jawa, sementara para bangsawan Jawa dipaksa untuk tunduk kepada kekuasaan Belanda. Bahkan, Belanda berani mencampuri urusan internal Kesultanan Yogyakarta, termasuk dalam hal suksesi tahta.

Pangeran Diponegoro tidak bisa tinggal diam melihat penderitaan rakyatnya. Beliau merasa terpanggil untuk memimpin perlawanan terhadap Belanda, untuk merebut kembali kemerdekaan dan kedaulatan tanah Jawa. Pada tahun 1825, beliau mengangkat senjata dan mengobarkan Perang Jawa, sebuah perang gerilya yang berlangsung selama lima tahun dan mengguncang sendi-sendi kekuasaan Belanda di Jawa.

Perang Jawa adalah perang yang tidak seimbang. Belanda memiliki persenjataan yang lebih modern dan pasukan yang lebih terlatih, sementara Pangeran Diponegoro hanya mengandalkan semangat juang rakyatnya dan taktik perang gerilya yang cerdik. Namun, semangat juang rakyat Jawa tak pernah padam. Mereka bertempur dengan gagah berani, mengorbankan nyawa mereka demi tanah air tercinta.

Hikayat Basah Kerto Pengalasan

Di tengah kanvas sejarah Perang Jawa yang penuh darah dan pengorbanan, terlukis sosok Basah Kerto Pengalasan. Namanya, seperti bisikan angin di antara dedaunan sejarah, seringkali terlewatkan.