Find Us On Social Media :

Karakteristik Perlawanan Terhadap Belanda Sebelum dan Sesudah Abad ke-19

By Afif Khoirul M, Senin, 19 Agustus 2024 | 13:30 WIB

Sejarah pertempuran 5 hari di Semarang. Artikel ini akan membahas tentang definisi sejarah menurut para ahli, baih ahli Indonesia maupun luar Indopnesia.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

-

Intisari-online.com - Di panggung sejarah Nusantara, gemuruh perlawanan terhadap penjajah Belanda menggema sepanjang masa.

Dari lembah hingga puncak gunung, dari hutan belantara hingga tepian pantai, rakyat Indonesia tak pernah berhenti berjuang untuk merebut kembali kedaulatannya.

Api kemerdekaan yang menyala di dada tak pernah padam, walau dihadapkan pada kekuatan yang tampaknya tak tertandingi.

Sebelum Abad ke-19: Semangat Juang yang Berakar pada Tradisi

Pada masa sebelum abad ke-19, perlawanan terhadap Belanda masih didominasi oleh semangat kedaerahan yang kuat. Setiap kerajaan, kesultanan, atau komunitas adat berjuang mempertahankan wilayah dan identitasnya masing-masing.

Senjata tradisional seperti keris, tombak, dan panah menjadi saksi bisu kegigihan mereka melawan meriam dan senapan musuh.

Perlawanan pada masa ini seringkali dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik yang dihormati rakyatnya. Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, dan Pattimura adalah beberapa contoh pahlawan yang namanya terukir dalam sejarah perjuangan bangsa.

Mereka memimpin rakyatnya dengan keberanian dan strategi yang mengagumkan, meskipun pada akhirnya harus menghadapi kenyataan pahit kekalahan.

Namun, semangat juang mereka tak pernah padam. Api perlawanan terus menyala, diteruskan dari generasi ke generasi. Meskipun tak selalu berhasil mengusir penjajah, perlawanan-perlawanan ini menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia tak pernah tunduk sepenuhnya pada kekuasaan asing.

Sesudah Abad ke-19: Kebangkitan Kesadaran Nasional