Find Us On Social Media :

Turnstile Band Hardcore yang Mendobrak Batasan Dari Amerika Hingga ke Jakarta

By Afif Khoirul M, Selasa, 23 Juli 2024 | 18:15 WIB

Penampilan Turnstile di panggung We The Fest 2024, di Jakarta.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Sejarah Lahirnya Musik Hardcore.Di tengah budaya punk rock, muncullah sebuah anak liar yang menolak terbelenggu oleh pakem. Lahir dari rasa muak terhadap monotonnya adegan musik, hardcore punk menjelma menjadi teriakan perlawanan, melodi pemberontakan yang menggema di kancah underground Amerika pada akhir tahun 1970-an.Jantung musik hardcore berdegup kencang dengan irama yang berderak, bagaikan senapan mesin yang menembus keheningan. Vokal agresif melontarkan lirik tajam, menusuk bagai belati, mengungkap realitas pahit dan keresahan generasi muda. Breakdown dan perubahan tempo yang tak terduga bagaikan gelombang dahsyat yang mencengkeram pendengar, tak henti mengguncang jiwa.Di Los Angeles, Black Flag menjadi panji-panji perlawanan. Dipimpin oleh Henry Rollins, sang vokalis eksentrik, mereka meneriakkan kritik sosial tentang kemiskinan, paranoia, dan neurosis. Ideologi anti-konformisme mereka bagaikan api yang membakar semangat para pemuda yang frustrasi dengan sistem. Musik Black Flag yang kasar dan sporadis menjadi cetak biru bagi banyak band hardcore di masa depan, menjadi soundtrack bagi generasi yang bangkit dari trauma Perang Vietnam dan dihantui bayang-bayang Perang Dingin.Sementara Los Angeles melahirkan fondasi musikal hardcore, di Washington DC dan Boston, budaya hardcore menemukan identitasnya. Minor Threat, band asal DC, menjadi pelopor subkultur "straight edge" melalui lagu ikonik mereka "Straight Edge." Para penggemar, terinspirasi oleh semangat anti-kekerasan dan anti-narkoba, mulai mengadopsi gaya hidup straight edge, menjauhi alkohol, obat-obatan terlarang, dan seks bebas.Namun, di Boston, gerakan straight edge terancam diselimuti bayang-bayang kekerasan. Boston Crew, sebuah geng militan yang dibentuk oleh anggota band DYS, Negative FX, dan SS Decontrol, meneror para "punk" yang tidak mengikuti gaya hidup straight edge. Aksi brutal mereka mencoreng nama baik komunitas hardcore, memperkuat stigma negatif bahwa musik hardcore identik dengan kekerasan.Friends Stand United, geng jalanan Boston yang didirikan oleh Elgin James, memperparah situasi. Geng ini berpatroli di pertunjukan hardcore, memukuli pengedar narkoba dengan rasis dan kejam. Tindakan mereka semakin memperkuat citra negatif hardcore, menjadikannya terasosiasi dengan premanisme dan anarkisme.Meskipun kontroversi dan kekerasan mewarnai sejarahnya, hardcore punk tak pernah padam. Musiknya terus berevolusi, melahirkan berbagai subgenre dan menginspirasi generasi baru musisi pemberontak. Di Oneonta, Oneonta Punk Festival menjadi bukti bahwa semangat hardcore masih hidup, menggemakan melodi perlawanan yang tak lekang oleh waktu.Hardcore punk, lebih dari sekadar musik, adalah sebuah fenomena budaya yang kompleks. Lahir dari kekecewaan dan rasa muak, ia menjelma menjadi wadah ekspresi bagi mereka yang merasa terpinggirkan dan tertindas. Di balik gempuran distorsi dan teriakan, terdapat pesan mendalam tentang perlawanan, kritik sosial, dan pencarian jati diri.

Meskipun kontroversi dan kekerasan pernah mencoreng namanya, hardcore punk tetaplah sebuah bentuk seni Amerika yang otentik, sebuah melodi pemberontakan yang terus menggema di telinga para penentangnya.Lahirnya "Turnstile" Sang Pemberontak yang Melampaui Batas.

Tahun 1989, dunia musik terguncang oleh Nirvana dan Tad. Dua tahun kemudian, ceritanya berbeda. Nirvana telah merajai tangga lagu, sementara Tad terjebak dalam lingkaran musik underground.

Kisah serupa mungkin terulang pada Turnstile, band beranggotakan lima orang dari Baltimore, Maryland. Di ambang perilisan album ketiga mereka, "Glow On", mereka di ambang pintu untuk menjadi band terdepan dalam gelombang baru punk hardcore.

Banyak band dalam gelombang ini, yang pertama kali menggemparkan dunia di tahun 2018, telah menunjukkan potensi mereka. "27 Miles Underwater" milik Higher Power dan "Underneath" milik Code Orange termasuk di antara rilisan hardcore punk terbaik tahun itu.

Namun, hanya butuh 45 detik dalam lagu pembuka "Glow On" yang penuh energi dan semangat, "Mystery", untuk menyadari bahwa Turnstile bukan lagi sekadar band hardcore punk yang hebat, tetapi juga band rock yang luar biasa.

Mungkin lebih dari itu, mengingat sentuhan soul, electronica, dan psychedelia yang mereka masukkan dengan berani."Kami adalah band hardcore," kata vokalis Brendan Yates, dikutip dari The Guardian tentang punk yang sangat agresif dan berkecepatan tinggi yang muncul di Amerika tahun 1980-an.

"Itulah asal mula kami. Tapi salah satu hal yang membuat saya tertarik pada hardcore dan punk sejak awal, dan yang selalu saya yakini sebagai intinya, adalah bahwa itu adalah tempat bagi orang-orang yang berpikiran terbuka dan ingin menantang norma. Saya pikir label apa pun bisa membatasi Anda. Kami tidak pernah ingin terjebak dalam kotak," jelas Yates.

Kecintaan Yates pada musik dimulai pada usia 10 atau 11 tahun. Tak lama kemudian, dia dan tetangganya Brady Ebert (gitaris Turnstile) membentuk band pertama mereka, One Step Too Many yang penuh semangat.

Namun, selera musik Yates selalu luas. Orang tuanya memutar musik Motown dan soundtrack musikal lama, sedangkan kakeknya adalah seorang pianis jazz terkenal. Salah satu hadiah pertama Yates adalah seperangkat drum."Tapi sepupu perempuan saya yang benar-benar membuka mata saya," katanya.