Find Us On Social Media :

Begini Kondisi Jakarta Di Awal Abad 20, Dari Pecinan Hingga Soal Makan

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 14 Juni 2024 | 15:39 WIB

Begini kondisi Jakarta di awal abad 20 menurut kaca mata seorang pelancor asal Eropa bernama Augusta de Wit.

Jakarta sekarang adalah kota metropolitan yang ramainya bukan kepalang. Tapi bagaimana kondisi Jakarta dulu, ketika masih bernama Batavia? seorang wanita Eropa bernama Augusta de Wit mencatat kesan-kesannya atas kota yang dulu dikenal dengan pelabuhan Sunda Kelapa-nya itu.

---

Intisari kini hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru di sini

---

Intisari-Online.com - Augusta de Wit mendarat di Tanjung Priok awal abad ke-20. Pengamatannya tentang kota itu dia catat dalam bukunya, Java, Facts and Rancies (1921). Begini ringkasan catatannya:

"Setiba di Pelabuhan Tanjung Priok, saat akan naik ke kereta api, saya sadar bahwa keadaan di sini berbeda dibandingkan dengan negeri mana pun. Tidak ada yang berebut, berteriak, atau bergegas. Kuli-kuli yang bertelanjang kaki dengan santai memanggul peti-peti besar kepunyaan penumpang kapal.

Dengan sabar pula mereka menunggu di kantor dan di peron. Kalau ada orang Eropa yang menganjurkan untuk bergegas, mereka memandang dengan wajah yang keheranan. Kenapa "orang Belanda" ini sangat tidak sabar? Waktu 'kan banyak. Seakan-akan tidak ada hari esok saja. Tergesa-gesa malah celaka nanti!

Akhirnya, kereta berangkat juga, melewati daerah setengah hutan dan setengah rawa. Di sebelah kanan terdapat kanal yang panjang, lurus, dan airnya kehitaman. Saya tiba di stasiun Batavia saat matahari sudah terbenam.

Saya memanggil salah satu kereta kecil beroda dua yang menunggu di depan stasiun. Bentuknya aneh. Lenteranya besar-besar. Kudanya kecil. Kereta itu lewat di jalan besar yang tepi-tepinya dipayungi pepohonan. Sementara itu burung-burung berkicau dengan cerewetnya di antara dedaunannya. Kadang-kadang tercium bau bunga di udara yang tidak berangin. Bunganya sendiri tidak kelihatan.

Baca Juga: Menyambut Sejarah Jakarta: Ternyata Begini Menonton Bioskop Di Jakarta Tempo Doeloe

Dalam kegelapan kami melewati gedung tinggi berwarna putih. Konon itu kediaman gubernur jenderal. Setelah jembatan, dari belokan, tampak sederet jendela toko yang terang benderang di sebelah kiri jalan. Ada juga gedung perkumpulan.

Di kanan jalan ada kanal yang diterangi lampu-lampu jalan. Banyak orang berjalan-jalan. Kereta-kereta lewat membawa kaum wanita. Saya sudah tiba di tujuan saya, di Rijswijk (sekarang Jln. Majapahit -Red.) yang terletak di pinggiran Kota Batavia.