Find Us On Social Media :

Mengungkap Kejahatan CIA Runtuhkan Negara Dunia Ketiga Termasuk Indonesia

By Afif Khoirul M, Rabu, 12 Juni 2024 | 14:40 WIB

Buku Metode Jakarta ungkap kejahatan CIA musnahkan negara dunia ketiga.

Intisari kini telah hadir di WhatsApp Channel, dapatkan artikel terupdate di sini

Intisari-online.com - Penelitian yang mendalam tentang Perang Dingin ini mengungkapkan keterlibatan yang luas dari CIA di berbagai belahan dunia, termasuk Asia, Afrika, dan Amerika.

Berdasarkan dokumen yang telah dibuka untuk umum dari arsip CIA, wawancara dalam empat bahasa, dan biografi para saksi mata, terungkaplah jaringan CIA yang mendukung tindakan penghancuran massal di negara-negara berkembang selama periode 1945 hingga 1990.

Tindakan ini ditujukan kepada mereka yang terkait atau bahkan hanya dicurigai bersimpati dengan gerakan komunis.

Dalam periode 1965-1966 di Indonesia, sekitar satu juta orang, termasuk komunis dan warga sipil, menjadi korban teror yang didukung oleh Amerika Serikat. Pada masa itu, Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, memiliki partai komunis terbesar di luar Uni Soviet dan Cina yang beroperasi secara legal.

Penulis bernama Vincent Bivens mengeksplorasi bagaimana persepsi politik tentang Jakarta telah berubah sejak tahun 1948. Di bawah Presiden Truman, Amerika Serikat menganggap kebangkitan Indonesia sebagai simbol gerakan anti-kolonial yang kuat, namun juga sangat anti-komunis.

Akibatnya, nama ibu kota Indonesia, Jakarta, menjadi simbol toleransi terhadap negara-negara non-blok.

Bivens mengadopsi istilah "Metode Jakarta" dari sejarawan Perang Dingin, Odd Arne Westad, yang memandang Perang Dingin sebagai kelanjutan dari kolonialisme.

Menurut Bivens, kebijakan intervensi Amerika Serikat yang agresif setelah serangan teroris pada September 2001 merupakan kelanjutan dari kebijakan Perang Dingin, meskipun dalam bentuk yang kurang ekstrem.

Bivens mengutip buku Westad, "The Global Cold War: Third World Interventions and the Making of Our Times," yang mendukung pandangannya bahwa konflik antara gaya hidup di Dunia Ketiga adalah inti dari Perang Dingin, sebagaimana halnya dengan konflik antara negara-negara adidaya.

Setelah Perang Dunia II, masih belum jelas bagaimana pertarungan antara kapitalisme dan komunisme akan berlanjut, dan bagaimana Amerika Serikat akan menghadapi gelombang gerakan radikal di Dunia Ketiga yang menentang imperialisme Eropa dan menolak aliansi dengan Washington melawan Moskow.

Baca Juga: Kisah Teruo Nakamura 'The Last Samurai' yang Bersembunyi di Indonesia

Bivens menjelaskan bahwa negara-negara kaya yang menjadi kaya melalui kolonialisme, seperti Amerika Utara, Eropa Barat, Australia, dan Jepang, dianggap sebagai "dunia pertama," sedangkan Uni Soviet dan wilayah Eropa yang dikuasai oleh Tentara Merah dianggap sebagai "dunia kedua."