Find Us On Social Media :

Unicef: Ribuan Anak-anak Bepergian Sendirian dari Afrika ke Eropa

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 17 Juni 2016 | 15:40 WIB

Unicef: Ribuan Anak-anak Bepergian Sendirian dari Afrika ke Eropa

Intisari-Online.com - Ribuan anak-anak pengungsi dan imigran bepergian sendirian dari Afrika ke Eropa. Begitulah bunyi laporan Unicef pada Selasa (14/6) terkait banyaknya anak-anak yang menjadi korban dari konflik berkepanjangan di Timur Tengah.

Angka di atas, jika disederhanakan kira-kira begini: lebih dari sembilan dari 10 pengungsi dan imigran anak-anak pergi ke Eropa sendirian.

Dalam lima bulan pertama tahun ini, lebih dari 7.000 anak-anak tanpa pendamping menyeberang dari Afrika ke Italia. Sementara kita tahu, rute ini telah membunuh ribuan pengungsi yang mencoba mengais keberuntungan di Benua Biru.

Bagaimanapun juga, anak-anak membutuhkan pengawasan orangtua, pengawasan orang dewasa. Karena bagaimanapun juga, lanjut Unicef, mereka masih sangat rentan terhadap segala bentuk eksploitasi dan kekerasan termasuk pemerkoasaan, kerja paksa, kematian, dan lain sebagainya.

Beberapa pekerja sosial di Italia mengatakan kepada Unicef bahwa anak-anak dan perempuan banyak mengalami serangan seksual dan dipaksa menjadi pelacur di Libia. Sementara beberapa gadis sampai di Italia dalam keadaan hamil karena diperkosa. 

“Jika kamu berusaha lari mereka akan membunuhmu dan kamu mati. Jika kamu tidak mau bekerja mereka akan memukulmu. Itu seperti perbudakan,” ujar Aimamo (16) kepada Unicef. “Setelah beristirahat selama beberpa menit, ada seseorang laki-laki yang memukul saya dengan tongkat. Setelah bekerja, mereka akan menguncimu dari dalam,” tambahnya, menggambarkan kondisi di sebuah kamp di Libia di mana mereka bekerja selama dua bulan supaya bisa membayar penyelundup membawa mereka ke Eropa.

Jumlah anak-anak tanpa pendamping yang menempuh perjalanan ke Eropa tahun ini lebih banyak dibanding tahun lalu. Lebih dari dua kali lipat, lapor Unicef yang belum bisa menganilisis kenapa angka itu melonjak. Christopher Tidey, juru bicara Unicef, bercerita bahwa gadis-gadis Nigeria pernah bilang kepadanya, mereka melarikan diri ke Eropa untuk menghindari pernikahan dini. Sementara pemuda-pemuda dari Somalia mengaku keluarga menyuruh mereka supaya tidak direkrut oleh kelompok Al-Shabaab yang berafiliasi kepada ISIS.

“Kemiskinan yang ekstrem adalah pemicu utama,” ujar Tidey. “Saya bertemu anak-anak laki-laki dari negara-negara seperti Gambia yang mengungsi karena keluarga mereka begitu miskin. Anak-anak yang lebih tua biasanya dikirim ke Eropa supaya bisa mengirim uang kepada mereka.”

Sementara itu, memasuki musim panas ini, para pejabat Eropa telah membuat kesepakatan dengan Turki untuk memblokir penyeberangan ke Yunani. Cara ini dibuat untuk menutup gelombong pengungsi dari Libia ke Uni Eropa.

Antara 1 Januari-5 Juni, telah ada lebih dari 2.800 kemarian di Mediterania. Sebagian besar berada di rute berbahaya dari Afrika Utara. Sementara pada 2015 ada 3.770 kematian di rute yang sama. Di luar itu, setidaknya ada 235 ribu imigran sedang berada di Libia, puluhan ribu di antara mereka adalah anak-anak yang tak berpendanping.