Find Us On Social Media :

Pura-pura Mati Felipe Morrero Selamat dari Penembakan Orlando

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 19 Juni 2016 | 17:00 WIB

Pura-pura Mati Felipe Morrero Selamat dari Penembakan Orlando

Intisari-Online.com - Gara-gara pura-pura mati sembari menahan rasa sakit yang tak terperi, Felipe Morrero selamat dari Penembakan Orlando yang terjadi minggu lalu. Morrero yang sekarang tergolek di sebuah rumah sakit di Orlando, Florida, Amerika Serikat, masih mencium jelas bau mesiu peluru yang ditembakkan Omar Mateen.

Lelaki berusia 30 tahun itu adalah satu di antara 53 korban luka dalam pembantaian yang merenggut 49 nyawa, Minggu dinihari lalu. Marrero mengalami empat luka tembak di punggung dan lengan kirinya. Marrero mengaku, ia baru berniat untuk pulang ketika penembakan terjadi pada pukul 02.00 waktu setempat.

Ia berada di dekat pintu depan saat itu, dan sangat dekat dengan posisi pelaku penembakan. “Jadi, saya tak bisa keluar dari pintu keluar satu-satunya di depan saya itu,” ungkap Morrero. Sesaat kemudian, ia menjatuhkan diri ke lantai. Kawannya, Luis Vielma, yang berdiri di sampingnya kala itu sudah tertembak dan tewas.

Dalam keadaan terdesak, Marrero mengangkat ujung sofa dekat tempatnya tersungkur, dan meletakkan kepalanya di bawah tempat duduk itu. “Saya menutupi diri saya, dan terbaring di sana, mungkin lebih dari 30 menit, sambil berupaya tak membuat gerakan. Saya pura-pura mati,” ceritanya.

Setelah 30-40 menit berlalu, ia masih bisa mendengar suara orang-orang yang berseru dan berteriak. Bahkan, ia berbaring di samping satu korban tewas dengan kondisi kepala pecah. “Jasad di mana-mana, termasuk jasad kawan saya, Luis,” ungkap Morrero. 

Setelah desingan peluru dan suara jeritan korban, lanjut Morrero, seketika suara tembakan berhenti. Di kejauhan ia bisa mendengar suara polisi telah tiba di tempat itu. Terlihat cahaya senter milik polisi mulai memasuki ruang kelab itu. “Para petugas itu meminta orang-orang untuk tetap tiarap.

Mateen sempat memesan minuman

Marrero mengatakan, Omar Mateen pun sempat terlihat tiarap agar tak terlihat polisi yang masuk. “Ternyata tembakan berhenti saat dia mengisi pelurunya,” lanjutnya. Pada kesempatan selanjutnya, Mateen lalu menembak Marrero, dan mengenai pinggang bawah dan lengan kirinya. Ada empat luka tembak.

“Saya tak bergerak dan hanya berbaring saja. Darah mengalir dari lengan saya yang hancur,” tutur Morrero. “Rasa sakitnya luar biasa.”

Ketika rentetan tembakan kembali terjadi, Marrero mendapat kesempatan untuk berkontak mata dengan petugas polisi di pintu depan. Ia memberi kode untuk meminta tolong. Polisi itu memberi kode agar Morrero merangkak ke arahnya. Saat itu pelaku penembakan sedang menghilang di bagian lain kelab.

Namun, Marrero mengatakan kepada polisi ia tak dapat bergerak, karena luka tembak di pinggang. Polisi itu lalu bilang, “kamu harus menemukan kekuatanmu sendiri untuk melakukan itu!”

Morrero lalu menggunakan tangan kanannya, dan menyeret tubuh sambil berpegang pada jasad-jasad yang ada di sekitarnya. Saat itulah, polisi dapat menariknya dan menyelamatkan Marrero ke lokasi aman di dekat kelab. Setelah itu, bantuan paramedis pun tiba.

Dalam perawatan di rumah sakit, ia menyaksikan berita. Marrero baru menyadari bahwa Omar Mateen adalah pria yang duduk di sebelahnya dan memesan minuman.

Kini, Marrero mengaku sudah berada dalam fase pemulihan, setelah menjalani sejumlah operasi. Selanjutnya, dia akan terus melakukan terapi fisik untuk mengembalikan fungsi lengannya. “Pada malam lain ketika saya tiba-tiba terbangun, saya masih mencium bau yang sama... bau mesiu,” ucapnya lirih.