Find Us On Social Media :

Surga dan Suaka Khusus Warga Albino di Tanzania Itu Bernama Pulau Ukerewe

By Moh Habib Asyhad, Senin, 20 Juni 2016 | 16:30 WIB

Surga dan Suaka Khusus Warga Albino di Tanzania Itu Bernama Pulau Ukerewe

Intisari-Online.com - Kasus pembantaian terhadap warga albino di beberapa wilayah di Afrika Timur tengah dan sub-Sahara menjadi salah satu topik utama berita-berita internasiona. Di Malawi, di Mozambik, juga di Tanzania, selain diburu dan dibantai, organ orang albino juga diambil untuk dijadikan ajimat.

Alasannya, penduduk di sana masih percaya bahwa organ tubuh orang albino berhasiat sebagai jimat yang bisa memberi keberuntungan dan kekayaan.

Organisasi amal Kanada, Under The Same Sun (UTSS) mencatat sebanyak 161 serangan terhadap orang albino di Tanzania dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di dalam 76 pembunuhan. Meski demikian, ada satu tempat yang nisbi aman, bahkan oleh beberapa orang disebut sebagai suaka warga albino Tanzania, bernama Pulau Ukerewe yang terletak di dekat Danau Victoria.

“Ada masa di mana saya sangat khawatir dengan masa lalu. Namun, sekarang, terima kasih Tuhan, saya bisa tidur tanpa harus membawa senjata,” ujar Alphonce Yakobo (57) yang bekerja menjual ikan di pasar Ukurewe. “Di sini kami merasa aman, kami dikelilingi air, tak ada orang yang melakukan kejahatan bisa lari dengan gampang.”

Yakobo sendiri kini memiliki tiga istri dan 11 anak yang tak seorang pun dari mereka terlahir albino.

Selama beberapa tahun, Pulau Ukerewe menjadi “surga” bagi warga Tanzania yang mengidap albino. Sejak kapan pulau itu menjadi suaka bagi warga albino? Tak ada yang tahu persis. Beberapa orang mengatakan, sudah sejak lama pulau itu digunakan warga menyembunyikan keluarga mereka yang albino. Dulu, warga Tanzania menganggap, penampilan orang albino yang berbeda merupakan pertanda kutukan bagi keluarganya.

Setelah sekian tahun, pulau itu menjadi tujuan bagi warga albino yang menginginkan kedamaian dan keselamatan dalam hidup mereka. “Dalam banyak hal, Ukurewe adalah tempat warga albino bisa berintegrasi dalam masyarakat. Dan saya pikir, kondisinya sebagai sebuah pulau memainkan peran dalam pola pikir warga di sana,” kata Harry Freeland, pendiri organisasi nonpemerintah Standing Voice dan pembuat dokumenter tentang pulau Ukerewe.

Tak sepenuhnya zonder-diskriminasi

Menurut catatan Komunitas Albino Ukerewe (UAS), di pulau itu terdapat 75 orang albino hidup bersama 200 ribu peduduk pulau tersebut. Meski demikian, pulau itu bukan sama sekali aman dari para pemburu albino. Mereka datang dan menggali kuburan warga albino dan pada 2007 seorang albino diserang lalu rambunya dipotong untuk keperluan ilmu hitam.

Terlepas dari itu, Harry Freeland menganggap Ukerewe adalah tempat yang unik. Sebab di pulau itulah pertama kali sensus orang albino Tanzania digelar pada 2006. “Saya tak takut diserang,” kata Kajanja Neema (36), sambil membersihkan ikan yang akan dimasak untuk makan malam. Benar, Ukurewe memang lebih aman dibanding daratan utama.

Meski kekerasan fisik terhadap warga albino di Ukurewe nyaris tidak ada tetapi diskriminasi belum sepenuhnya hilang. Hadija Namtondo (30), adalah seorang perempuan berkulit hitam yang memiliki anak laki-laki berkulit albino bernama Riziki. “Saat ayahnya melihat kulit anak ini, dia sangat tidak senang dan dia meninggalkan kami begitu saja,” kenang Hadija.