Find Us On Social Media :

Tiada yang Kekal Adanya; Ini pun Akan Berlalu

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 16 September 2015 | 19:00 WIB

Tiada yang Kekal Adanya; Ini pun Akan Berlalu

Intisari-Online.com –  Seorang petani kaya meninggalkan kedua putranya. Sepeninggal ayahnya, kedua putranya ini hidup bersama dalam satu rumah. Hingga suatu hari mereka bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dan membagi dua harta warisan ayahnya.

Setelah harta terbagi, masih tertinggal satu kotak yang selama ini disembunyikan oleh ayah mereka. Mereka membuka kotak itu dan menemukan dua buah cincin di dalamnya, yang satu terbuat dari emas bertahtakan berlian dan yang satunya terbuat dari perunggu murah.

Melihat cincin berlian itu, timbullah keserakahan sang kakak, ia berkata, “Kurasa cincin ini bukan milik ayah, namun warisan turun-temurun dari nenek moyang kita. Oleh karena itu, kita harus menjaganya untuk anak-cucu kita. Sebagai saudara tua, aku akan menyimpang yang emas ini dan kamu menyimpan yang perunggu.”

Sang adik tersenyum dan berkata, “Baiklah, ambil saja yang emas, aku ambil yang perunggu.”

Keduanya mengenakan cincin tersebut di jari masing-masing dan berpisah. Sang adik merenung, “Tidak aneh kalau ayah menyimpan cincin berlian yang mahal itu, tetapi kenapa ayah menyimpan cincin perunggu murahan ini?” Ia mencermati cincin perunggu itu dan menemukan sebuah kalimat terukir di cincin itu: Ini pun Akan Berlalu. “Oh rupanya ini mantra ayah,” gumamnya sembari kembali mengenakan cincin itu.

Kakak-beradik itu mengalami jatuh-bangunnya kehidupan. Ketika panen berhasil, sang kakak berpesta-pora, mabuk-mabukkan, lupa daratan. Ketika panen gagal, ia menderita tekanan batin, tekanan darah tinggi, berhutang sana-sini. Demikian terjadi dari waktu ke waktu, hingga akhirnya ia kehilangan keseimbangan batinnya, sulit tidur, dan mulai memakai obat-obatan penenang. Akhirnya ia terpaksa menjual cincin berliannya untuk membeli obat-obatan yang membuatnya ketagihan itu.

Sementara itu, ketika panen berhasil sang adik mensyukurinya, tetapi ia teringat oleh tulisan pada cincinnya: Ini pun Akan Berlalu. Jadi ia pun tidak menjadi sombong dan lupa daratan. Ketika panen gagal, ia juga ingat bahwa: Ini pun Akan Berlalu, jadi ia pun tidak larut dalam kesedihan. Hidupnya tetap saja naik-turun, kadang berhasil, kadang gagal dalam segala hal. Namun ia tahu bahwa tiada  yang kekal adanya. Semua yang datang, hanya akan berlalu. Ia tidak pernah kehilangan keseimbangan batinnya, ia hidup tenteram, seimbang, dan bahagia. (BMSPS)