Find Us On Social Media :

Kisah Mereka yang Lolos dari Maut

By Ade Sulaeman, Jumat, 25 September 2015 | 17:45 WIB

Kisah Mereka yang Lolos dari Maut

Intisari-Online.com - Pengalaman buruk dengan pesawat terbang, apalagi kecelakaan, selalu memberi getaran rasa ngeri yang kuat bagi siapa pun. Bagi penyintas atau orang yang lolos dari celaka, pengalaman itu memberi torehan makna tersendiri dalam hidup mereka sesudahnya.

Masih begitu lekat dalam ingatan Letnan Kolonel Nav Arif B (41) pengalaman menggetarkan jiwa pada hari Lebaran tahun 2003. Kala itu, ia bertugas sebagai navigator pesawat Hercules yang terbang dari Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta menuju Lanud Abdul Rachman Saleh di Malang.

Malam sebelumnya, Arif terbang dengan pesawat yang sama dari Medan ke Jakarta (Halim) melalui Pekanbaru dan Palembang. Penerbangan berlangsung lancar tanpa kendala apa pun. "Pada saat itu malam Lebaran. Kami tiba di Halim saat magrib dan sudah takbiran. Malam itu kami mendapat perintah untuk terbang ke Malang keesokannya setelah shalat Id," cerita Arif.

Hercules berpenumpang sekitar seratusan orang itu mampir di Yogyakarta dan Madiun untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Dari Madiun, pesawat lanjut terbang menuju Malang. Arif sempat melihat langit menuju timur berawan tebal dan mengusulkan penerbangan ditunda. Namun, sang kapten saat itu akhirnya memutuskan terus lanjut dan melewati jalur normal seperti biasa.

Ketika mendekati Kota Mojokerto, di ketinggian 9.500 kaki, sisi kanan dan kiri pesawat ada awan tebal, tetapi di area tengah bersih dan jelas. Tiba-tiba, pesawat seperti kehilangan daya, padahal mesin tetap hidup. "Pesawat tiba-tiba menukik ke bawah, mesin tetap hidup, tetapi tidak punya daya angkat sama sekali," kata Arif.

Pesawat terjun bebas dalam keadaan berputar menyerupai spiral. Suasana di kokpit pesawat pun benar-benar tegang. Tak ada daya untuk mengubah keadaan selain ucapan-ucapan istigfar.

"Saya hanya terpikir ini mungkin waktunya saya mati. Kita sudah di pintu nyawa mau dicabut. Kita enggak berdaya, mau lari ke mana pun enggak bisa. Yang berkelebat di kepala saya hanya wajah keluarga, bapak, ibu, istri, saudara-saudara. Mereka belum saya telepon, belum minta maaf," kenang Arif, yang ketika itu belum punya momongan.

Setelah sekitar 2,5 menit terjun bebas menukik ke daratan, tiba-tiba di ketinggian sekitar 2500 kaki, pesawat tiba-tiba kembali normal dengan sendirinya. Kekuatan pesawat kembali muncul dan berhasil keluar dari kondisi horor tersebut. "Perhitungan saya, seandainya pesawat itu masih terus menukik ke darat, dalam 20 detik lagi sudah sampai tanah," ujar Arif, ayah dari dua anak usia 11 tahun dan 6 tahun.

Hercules itu pun akhirnya mendarat dengan selamat di Malang. "Kami seperti sudah di gerbang kematian," kata Arif.

Kekuatan Lain

Peristiwa pesawat hilang daya itu, menurut Arif, belakangan terungkap akibat dari pertemuan dua arus udara di antara dua awan tebal. Arus udara dengan energi besar itulah yang membuat Hercules kehilangan daya sekalipun mesin tetap menyala normal.

Hingga kini, meski peristiwa itu telah lama terjadi, pengalaman selama 2,5 menit dalam hidupnya itu masih terekam lekat dalam ingatannya. Pengalaman itu memberinya pelajaran penting, tidak hanya soal pengetahuan dalam penerbangan, tetapi juga hal-hal yang terukur dalam nalarnya.