Penulis
Intisari-Online.com – Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta. Gadis itu tampil luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar gadis itu.
Sang pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia memberanikan diri mengajak gadis cantik itu untuk sekedar mencari minuman hangat. Sang gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan pria itu, ia mengiyakan ajakannya.
Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi pria itu sangat gugup untuk berkata-kata, sementara gadis itu mulai merasa tidak nyaman dan berkata, “Kita pulang aja yuk…?”
Namun tiba-tiba pria itu meminta sesuatu pada sang pramusaji, “Bisa minta garam buat kopi saya?”
Semua orang yang mendengar, memandang ke arah pria itu, aneh sekali!
Wajah pria itu berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya.
Gadis itu karena penasaran, kemudian bertanya, “Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini?”
Pria itu menjawab, “Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya, ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana.”
Begitu berkata kalimat terakhir, mata pria itu mulai berkaca-kaca, dan gadis itu menjadi sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Sang gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, peduli akan rumahnya, dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. Kemudian gadis itu juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya nun jauh di sana , masa kecilnya, dan keluarganya.
Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat juga akhirnya menjadi sebuah awal yang indah dalam kisah mereka berdua.
Mereka akhirnya berpacaran. Gadis itu akhirnya menemukan bahwa pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat peduli, betul-betul seseorang yang sangat baik, gadis itu hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu! Untung ada kopi asin!
Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap kisah cinta yang indah, sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya. Dan setiap saat sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.
Setelah 40 tahun pernikahan, sang pria meninggal dunia, dan ia meninggalkan sebuah surat yang isinya, “Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu … tentang kopi asin.
Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk mengubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apa pun. Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin. Betul-betul aneh dan rasanya tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi."
Air mata gadis itu betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam? Si gadis pasti menjawab, “Rasanya manis.”
Terkadang kita merasa telah mengenal seseorang lebih baik daripada orang lain, tapi hanya untuk menyadari bahwa pendapat kita tentang seseorang itu bukan seperti yang kita gambarkan. Sama seperti kejadian kopi asin tadi. Tambahkan cinta dan kurangi benci karena terkadang garam terasa lebih manis daripada gula. (BMSPS)