Find Us On Social Media :

Apa yang Sudah Diperbuat oleh Tangan Kita?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 17 November 2015 | 18:15 WIB

Apa yang Sudah Diperbuat oleh Tangan Kita?

Intisari-Online.com – Seorang pria tua, mungkin sekitar sembilan puluh tahun lebih, duduk dengan lemah di sebuah  bangku taman. Ia duduk tanpa bergerak, dengan kepala tertunduk menatap tangannya.

Ketika saya duduk di sampingnya, ia tidak melihat keberadaan saya. Semakin lama saya duduk di sampingnya, semakin saya bertanya apakah ia baik-baik saja.

Akhirnya, karena tidak ingin mengganggunya tetapi hanya ingin tahu apakah ia baik-baik saja, saya bertanya kepada pria tua itu. Ia mengangkat kepalanya dan menatap saya, lalu tersenyum. Ya, saya baik-baik saja, terima kasih sudah bertanya, ia mengatakan itu dengan suara yang kuat dan jelas.

“Saya tidak bermaksud mengganggu Anda, tetapi Anda hanya duduk di sini dan menatap tangan Bapak. Saya hanya  ingin memastikan Anda baik-baik saja,” kata saya menjelaskan kepadanya.

“Apakah Anda pernah melihat tangan Anda?” tanya pria tua itu. “Maksud saya benar-benar melihat tangan Anda?”

Saya perlahan-lahan membuka tangan dan menatapnya. Saya membolak-balik tangan saya, telapak tangan dan bawahnya. Tidak, saya kira saya tidak pernah benar-benar melihat tangan saya karena saya mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang dibicarakan pria tua ini.

Lalu, pria tua itu tersenyum dan menceritakan kisah ini.

Berhenti dan berpikirlah sejenak tentang tangan yang Anda miliki, bagaimana mereka telah melayani Anda dengan baik sepanjang tahun. Tangan ini, meskipun keriput, layu dan lemah telah menjadi alat yang telah kita gunakan sepanjang hidup kita untuk menjangkau, mengambil, dan merangkul kehidupan.

Mereka bersiap dan menangkap, ketika saat balita kita jatuh di atas lantai. Mereka menaruh makanan di mulut kita dan pakaian di badan kita.  Sebagai seorang anak, Ibu mengajarkan bagaimana menggunakan tangan kita untuk berdoa.

Tangan kita mengikat sepatu dan memakai sepatu. Mereka mengeringkan air mata anak-anak kita dan membelai cinta hidup kita. Mereka telah kotor, tergores dan mentah, bengkak dan bengkok. Mereka gelisah dan canggung ketika kita mencoba untuk menahan anak kita yang baru lahir. Mereka menulis surat-surat rumah dan gemetar dan bergetar ketika kita menguburkan orangtua dan pasangan kita.

Namun, mereka kuat dan yakin ketika kita menggali teman kita keluar dari lubang perlindungan dan mengangkat bajak dari kaki terbaik kita.

Mereka bermain bersama anak kita, menghibur tetangga, dan mengguncang tinju kemarahan ketika kita tidak mengerti. Mereka telah menutupi wajah kita, menyisir rambut kita, mencuci dan membersihkan seluruh tubuh kita. Mereka telah lengket dan basah, membungkuk dan rusak, kering dan layu. Dan sampai hari ini ketika tidak banyak hal lain yang kita kerjakan secara nyata dengan tangan kita, kita hanya bisa berbaring, dan terus membuka tangan dalam doa. Tangan ini adalah tanda di mana kita sudah menjalankan kehidupan kita.

Tapi yang lebih penting adalah tangan ini yang akan menerima, buku amal perbuatan. Kita melihat, merenungkan, dan berdoa agar tangan kita diberkati kekayaan menerima cobaan yaitu kehidupan ini. Buku amal perbuatan dengan tangan kanan ini, yang akan diberikan kepada semua orang di hari kiamat untuk semua perbuataannya yang dilakukan di dunia ini, sebagai catatan atas semua tindakan kita. Mereka yang diberikan oleh tangan kanannya, akan membacanya dan mengharapkan menerima rahmat Tuhan seperti yang dijanjikan oleh-Nya.

Ya, tidak diragukan lagi jika saya mungkin tidak akan pernah melihat tangan saya yang sama lagi. Saya tidak pernah melihat orangtua itu lagi setelah saya meninggalkan taman hari itu, tapi saya tidak akan pernah melupakannya dan apa yang dikatakannya. Kini, ketika tangan saya terluka atau sakit atau ketika saya memukul wajah anak-anak saya dan istri saya, saya memikirkan pria tua di taman itu.