Kisah Burung Beo yang Berani

K. Tatik Wardayati

Penulis

Kisah Burung Beo yang Berani

Intisari-Online.com – Alkisah seekor burung beo kecil tinggal di sebuah hutan. Suatu hari badai menerpa hutan, rumah tinggalnya. Petir menyambar sebuah pohon. Pohon itu mati terbakar. Percikan api terbawa angin dan segera saja hutan itu terbakar. Hewan-hewan yang ada di dalam hutan berlari liar ke segala arah, mencoba untuk menyelamatkan diri.

“Api! Api!” teriak burung beo kecil. “Ke sungai!” Ia mengepakkan sayap, menerobos badai, terbang lebih tinggi, menuju ke sebuah sungai. Tapi saat ia terbang ia bisa melihat banyak hewan yang terperangkap, dikelilingi oleh api di bawah sana, dan tidak ada kesempatan untuk melarikan diri. Tiba-tiba ia memiliki ide untuk menyelamatkan mereka.

Ia melesat ke sungai, mencelupkan dirinya ke dalam air, dan terbang kembali di atas api yang sedang mengamuk. Panas dari hutan yang terbakar itu seperti panas oven. Asap tebal membuat napasnya berhenti. Api berderak melompat di hadapannya. Burung beo kecil itu terbang berani di labirin api. Akhirnya, ketika ia berada di tengah hutan, ia mengibaskan sayapnya dan meneteskan beberapa tetes air yang masih menempel pada bulu-bulunya.

Kemudian burung bero sekali lagi terbang melalui api dan asap, kembali ke sungai, mencelupkan dirinya di air yang dingin, lalu terbang lagi ke atas hutan yang terbakar. Bolak-balik ia terbang, dari sungai ke hutan, dari hutan yang terbakar, kembali lagi ke sungai. Bulunya hangus. Kakinya hangus. Paru-parunya sakit. Matanya, disengat oleh asap, berubah merah seperti bara. Pikirannya berputar pusing seperti bunga api yang berputar. Tapi burung beo kecil itu tetap terbang.

Pada saat itu, beberapa dewa sedang melihat dari atas awan. Mereka kebetulan melihat ke bawah. Mereka melihat burung beo kecil itu terbang di antara api. Mereka menunjuk, “Lihatlah burung bodoh itu! Ia berusaha memadamkan kebakaran hutan dengan beberapa tetesan air! Tidak masuk akal!” Dan mereka tertawa.

Tapi salah satu dari dewa itu, berpindah tempat, mengubah dirinya menjadi elang emas dan terbang ke bawah, menuju jalan penuh api di antara beo kecil itu.

Burung beo kecil itu hendak mendekati api lagi ketika elang besar dengan mata seperti emas, muncul di sisinya. “Kembalilah, burung kecil!” kata elang itu dengan suara berwibawa. “Tugasmu hanya memberi harapan. Beberapa tetes air tidak bisa memadamkan kebakaran hutan. Hentikan sekarang dan selamatkan diri, sebelum terlambat!”

Tapi burung beo kecil itu terus terbang melalui asap dan api. Ia bisa mendengar elang besar terbang di atasnya, berkata padanya, “Berhenti, burung beo kecil yang bodoh! Selamatkan diri! Selamatkan diri!”

“Saya tidak perlu besar, elang emas,” kata burung beo kecil sambil terbatuk, “untuk saran seperti itu, Ibu saya sendiri pun sudah mengatakannya. Saya tidak perlu saran. Saya hanya, membutuhkan seseorang untuk membantu.”

Dan dewa, yang menyamar menjadi elang emas tadi, melihat burung beo kecil itu terbang melewati api, tiba-tiba berpikir istimewa. Ia mendongak. Ia melihat para dewa sedang tertawa dan bergembira, sementara banyak hewan di bawah yang menjerit kesakitan dan ketakutan dari api. Ia menjadi malu. Kemudian ia berpikir, burung beo kecil saja pemberani, maka ia bermaksud membantunya.

“Saya akan membantu!” serunya, dan dengan mengumpulkan perasaan, ia mulai menangis. Aliran air mata berkilau mengalir dari matanya. Gelombang demi gelombang, air mata yang mengalir itu bagaikan hujan turun di atas api, di hutan, pada hewan-hewan, dan burung beo kecil itu.

Api mulai mereda. Burung beo kecil, meroket ke langit tertawa kegirangan, “Nah, itu lebih baik!” serunya.

Air mata elang meneteng dari cabang pohon yang terbakar. Asap naik dari bumi yang hangus. Ajaibnya, di mana air mata itu turun, kehidupan baru bermunculan, tunas segar, batang, dan daun. Rumput hijau pun tumbuh di antara abu yang masih membara.

Air mata yang jatuh di sayap burung beo kecil itu pun menumbuhkan bulu baru. Bulu berwarna merah, hijau, kuning, dan warna-warna cerah. Membuat burung beo itu tampan!

Semua hewan memandang dengan takjub. Mereka terselamatkan. Di atas langit biru yang jernih, mereka bisa melihat teman mereka yang berani, burung beo kecil, sedang terbang dan melonjak gembira. Ketika semua harapan itu hilang, entah bagaimana ia telah menyelamatkan mereka.

“Hore!” teriak mereka. “Hore untuk burung beo kecil yang berani, dan untuk hujan yang ajaib!”