Find Us On Social Media :

Jangan Biarkan Diri Berubah Seperti Mesin Tanpa Rasa

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 17 Januari 2016 | 18:40 WIB

Jangan Biarkan Diri Berubah Seperti Mesin Tanpa Rasa

Intisari-Online.com – Tata baru saja balik dari klien. Menjelang tiba di rumah, tiba-tiba terdengar: pyar…. gedebuk! Hoaa…! Ia berlari kencang dan dijumpainya Refa duduk menangis di lantai, pecahan vas bunga berserakan.

“Aduh Ibu, Dik Epa marah. Dia menarik taplak meja, vas bunga jatuh pecah, airnya berceceran. Dik Epa terpeleset…!” jelas Teteh.

Tak menggubris si Teteh, Tata melemparkan tas dan sepatunya, langsung mendekap anak itu. Di dekapan ibunya, tangis Refa pelan-pelan mereda.

“Dia kangen sama Ibu. Ibu jangan lama-lama atuh kalau kerja...,” ujar Teteh lagi.

Begitu Refa tampak tenang, Tata mencuri waktu membuka portal berita di ponselnya. Kebetulan terbaca judul berita: “Makin Banyak Anak di Australia Menjadi Pelaku Kekerasan” (detikNews 19/05/2015). Oh, KDRT kini juga dilakukan oleh remaja. Sumber lain mengatakan, lingkungan berpengaruh besar pada kemampuan anak untuk menguasai diri.

Tata dan suaminya selama ini sudah berusaha untuk tidak bertengkar di hadapan Refa. Tapi bagaimana dengan TV? Sekilas terdengar siaran berita kriminalitas yang jadi “hiburan rutin” si Tetah. Dia pun bangkit, digandengnya Refa. “Yuk, kita ke taman.”

Yess …. main bolaa….!” sahut Refa.

Di taman itu, angin semilir meniup dedaunan pohon bambu. Gemerisiknya serasa musik yang mendayu-dayu. Lupa sudah kemacetan di jalanan. Ingar-bingar vas yang pecah seakan terjadi seabad lalu. Tata dan Refa ternggelam dalam kedamaian “oasis” mereka.

Sejatinya setiap orang perlu menemukan oasis-nya sendiri, di mana ia dapat kembali mengumpulkan energi. Di saat tuntutan kehidupan tak mau diajak kompromi, dibutuhkan upaya khusus untuk mempertahankan jati diri. Jangan membiarkan diri berubah menjadi mesin tanpa rasa. Atau binatang buas pemangsa segala. (Lily Wibisono – Intisari Juni 2015)