Mencintai Seperti Garam

K. Tatik Wardayati

Penulis

Mencintai Seperti Garam

Intisari-Online.com – Seorang raja memiliki tiga anak perempuan. Ia ingin menguji cinta mereka kepadanya. Raja memanggil mereka dan bertanya kepada mereka, “Katakan betapa kau mencintaiku.”

Putri sulung Raja berkata, “Ayah, aku mencintaimu seperti perhiasan.” Raja sangat senang karena dengan jawaban putrinya, karena Raja sangat menyukai emas dan permata. Apalagi ia memiliki koleksi besar perhiasan indah di istananya.

Putri kedua berkata, “Ayah, aku mencintaimu seperti anggur terbaik!” Raja senang mendengar ini karena Raja kecanduan anggur dan minuman beralkohol lainnya.

Kemudian putri bungsu Raja menjawab, “Ayah, aku mencintaimu seperti garam.”

Raja marah mendengar jawaban itu. Dengan marah, ia berteriak, “Apa maksudmu? Garam adalah sesuatu yang tidak berguna, mudah, dan biasa kau temukan bahkan di daerah kumuh miskin di kerajaanku. Aku tahu kau tidak mencintaiku. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Pergilah!”

Saat keluar dari istana, putri bungsu ini bertemu dengan koki istana. Ia meminta agar koki istana tidak memberikan garam pada semua hidangan yang akan disajikan selama pesta kerajaan dan pada hari selanjutnya. Koki tua yang sangat mencintai putri bungsu karena kesederhanaannya, rendah hati, dan lugu ini melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.

Saat pesta kerajaan, Raja mencicipi hidangan favorit dan berteriak keras, “Apa ini? Ini sama sekali tidak ada rasanya!” Ia memanggil koki istana dan menanyainya. Koki bijaksana itu menjawab, “Oh, Pak, saya takut untuk memasukkan garam ke dalam masakan kerajaan karena kemarin Anda menyatakan bahwa garam adalah sebuah benda yang tidak berguna dan hanya biasa saja. Saya menghindari itu.”

Raja mendapatkan pelajaran. Ia menyadari pentingnya garam dan meminta putri bungsu untuk memaafkannya karena pernyataan keras dan perilakunya. Ia memahami sejauh mana cinta putri bungsunya kepadanya.

Garam itu penting dan sangat diperlukan bagi umat manusia dalam berbagai cara. Garam membuat rasa makanan menjadi lebih menyenangkan dan lezat. Tanpa garam, makanan menjadi hambar. Rasa makanan begitu mudah dirasakan. Garam juga mempertahankan makanan lebih awet dan mencegah pembusukan. Garam larut dalam air dan bercampur sepenuhnya dengan makanan. Kehadirannya tak terlihat di piring dibandingkan dengan rempah-rempah lain seperti cabai dan kunyit yang memberi warna mencolok yang membuatnya lebih terlihat.

Bila kita menjadi garam di bumi adalah berarti kita harus berbaur secara bebas dengan orang lain dan menambah ‘rasa’ bagi kehidupan setiap orang untuk menambah damai, persaudaraan, dan sukacita dalam melayani masyarakat.