Intisari-Online.com – Hari itu ulang tahun pernikahan mereka yang ke-7. Sayang, Risa belakangan merasa mereka lebih seperti anak kos ketimbang suami-istri. Hambar, seperti sayur tanpa garam.
Baru saja Bagus menelepon, acara makan malam berdua terpaksa ditunda karena ia harus ketemu klien. Gerutunya tak tertahan lagi, “Kalau setiap kali acara keluarga yang dikorbankan, aku tak yakin bisa bertahan setahun lagi!” Ponsel ia matikan. Gerutu yang mengejutkan bahkan bagi dirinya sendiri.
Teringatlah dia pada ucapan seorang pembicara di suatu seminar tentang keutuhan keluarga. “Kalau tidak hendak berselingkuh (lagi) ya harus dipikirkan sarana untuk mencapainya. Niat baik saja tak cukup.” Ya, ia harus mencari cara agar hubungan mereka kembali terasa sedap dan manisnya.
Sore itu, sekretaris mendatangi meja Bagus sambil senyum-senyum. Ia meletakkan sebuah boks indah dengan pita pink dan biru. Dengan ekpresi bertanya-tanya Bagus membukanya. Sebuah kue cokelat berbentuk hati, dengan gambar bibir merah seksi. Sebuah kecupan, dengan tulisan, “Happy anniversary Sayang. I love you…” tertanda: Risa.
Bagus berkaca-kaca; terpana memandangi kue itu. Padahal sejak tadi ia resah memikirkan Risa yang kedengaran sangat kecewa. Ternyata ia malah mengirimkan ini.. Sontak ia tersentak saat semua temannya, yang ternyata telah mengelilinginya, bertepuk tangan sambil mengatakan, “Happy Anniversary Sayang. I love you…” Gelegar suara dan tawa gembira mereka menghadirkan seribu wajah istrinya yang penuh cinta dan maaf. (Lily Wibisono – Intisari Desember 2015)