Find Us On Social Media :

Pikiran Sehat Mengasah Alam Bawah Sadar Kita

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 11 Februari 2016 | 18:15 WIB

Pikiran Sehat Mengasah Alam Bawah Sadar Kita

Intisari-Online.com - Pikiran sehat akan mengasah alam bawah sadar kita. Pikiran bawah sadar merupakan kumpulan semua pikiran. Dan untuk memahami cara berpikir positif itu baik, kita perlu mengetahui gambaran pikiran bawah sadar.

Bayangkan otak kita terbagi dua bagian, separuh bagian atas dan separuh bagian bawah. Ya, hampir seperti kenari. Otak bagian atas mengatur pikiran sadar, berisi pikiran yang terlintas.

Bagian bawah berisi pikiran bawah sadar, yang berisi beraneka ragam pengaturan proses tubuh seperti pernapasan, pencernaan, dan lain-lain, serta pengaturan keinginan seperti berjalan dan berbicara.

Sekarang bayangkan kita sedang belajar mengemudi. Tiap kali mobil harus berhenti, pikiran sadar keluar, “Angkat perlahan kaki kanan, pindahkan ke pedal rem, lalu tekan pedal rem perlahan.”

Ketika kita melanjutkan pikiran sadar selama beberapa bulan (= berlatih mengemudi selama beberapa bulan), pengaturannya akan berjalan secara otorem. Lama-kelamaan tak perlu berpikir untuk menginjak rem. Pikiran bawah sadar yang mengatur. Sekarang Anda memiliki program pikiran bawah sadar dalam mengemudikan mobil.

Apa yang terjadi misalnya kita terus berpikiran sadar “Saya selalu merugi!”? Ya, kita akan menciptakan program otomatis yang sebetulnya tidak perlu. Jadi bisa merugi terus kalau demikian. Dan apa hubungannya dengan berpikir positif?

Sederhana. Kita memiliki 50.000 pikiran setiap hari. Bagi kebanyakan kita, sebagian besar pikiran tersebut negatif seperti “Saya bertambah gemuk saja!”, “Saya pelupa”, atau “Saya tak bisa membayar hutang.”, “Saya tak pernah berhasil.”

Dengan pikiran negatif, sikap bawah sadar apa yang kita wujudkan? Kebanyakan sikap negatif, yang merugikan hidup dan kesehatan – bahkan tanpa pernah kita sadari.

Orang-orang heran kenapa mereka jadi tidak punya dan sengsara. Padahal, mereka sendirilah yang menciptakan pola pikiran otomatis. Seperti halnya kita dapat memprogram diri mengemudikan mobil tanpa berpikir, kita pun bisa memprogram diri untuk datang terlambat, misalnya, untuk sengsara, atau pun bangkrut tanpa berpikir. Namun, Tuhan yang kemudian disalahkan!