Find Us On Social Media :

Eko Cahyono, Anak Bangsa Penyebar Virus Baca

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 18 Februari 2016 | 18:15 WIB

Eko Cahyono, Anak Bangsa Penyebar Virus Baca

Intisari-Online.com – Segala sesuatu yang dilakukan atas dasar cinta hasilnya pasti akan luar biasa. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Eko Cahyono, pria asal Malang, Jawa Timur. Berkat kecintaan membaca yang begitu besar telah “mengubah” jalan hidup dan membuatnya aktif di bidang literasi sejak tahun 1998 sampai sekarang.

Meski hanya lulusan SMA, Eko tidak gentar untuk terus menularkan kebiasaan membaca kepada siapa saja. Perpustakaannya kini memiliki koleksi lebih dari 50.000. Selain itu, puluhan penghargaan tingkat daerah dan nasional menjadi bukti kesungguhan Eko dalam usaha menularkan kebiasaan membaca. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada “jalan terjal” untuk mencapai semua itu.

Perpustakaan dengan nama “Anak Bangsa” yang dirintis Eko begitu sarat akan pengorbanan, kesungguhan, dan kerja keras. Awal mendirikan perpustakaan “Anak Bangsa” memaksa Eko meninggalkan rumah karena mendapat tantangan dari kedua orangtuanya. “Orangtua saya merasa terganggu setiap kali ada teman-teman saya yang datang malam hari untuk membaca. Akhirnya saya memutuskan untuk mengontrak rumah,” kenang Eko.

Berawal dari kontrakan itulah Eko mulai membangun perpustakaan. Sempat sebelas kali berpindah kontrakan. Ia pun harus menjual play station, televisi, dan sepeda motor kesayangannya demi mengembangkan perpusatakaannya. Bahkan, Eko sempat ingin menjual ginjalnya demi membayar kontrakan. “Waktu itu ada orang dari Jakarta dan Bali yang menawar ginjal seharga ratusan juta,” cerita Eko. Beruntung Eko tidak sampai menjual ginjalnya. “Mungkin Tuhan belum mengizinkan saya untuk menjual ginjal,” sambung pria berusia 35 tahun itu.

Kini perpustakaan “Anak Bangsa” memiliki anggota lebih dari sepuluh ribu yang terdiri atas siswa, mahasiswa, dan masyarakat umum. Selain dari Malang, anggotanya pun berasal dari beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, Jember, dan Banyuwangi. Buku yang relatif lengkap, cara meminjam yang tidak memerlukan jaminan, tidak ada batas waktu peminjaman, dan tidak ada denda merupakan beberapa alasan pengunjung memilih perpustakaan “Anak Bangsa” sebagai tujuan. “Saya senang pinjam buku di sini, banyak pilihan buku dan gak ada batas peminjaman,” ungkap Zainal, anggota perpustakaan yang juga berprofesi sebagai guru.

Dari ribuan buku yang ada di perpustakaan “Anak Bangsa” majalah Intisari menjadi koleksi favorit Eko. Bukan tanpa alasan, majalah itulah yang membuat Eko “kecanduan” membaca. Saat itu Eko menemukan Intisari di perpustakaan sekolah ketika usianya baru sepuluh tahun. “Sejak saat itu saya menjadi suka membaca sekaligus terinspirasi mendirikan perpustakaan,” kenang Eko. Kini Eko telah mengoleksi lebih dari 700  majalah Intisari . Mulai terbitan tahun 1965 hingga 2014 tertata rapi di perpustakaan “Anak Bangsa”.

Saat ini Eko memiliki impian mendirikan 1.000 perpustakaan di desa-desa dan daerah terpencil. Sebanyak 86 di antaranya telah berhasil didirikan. Melalui kerja kerasnya Eko berharap semakin banyak masyarakat Indonesia menyadari tentang arti penting dan manfaat membaca. Seperti yang pernah dikatakan Helmy Yahya, “Orang yang tidak banyak membaca pasti tidak banyak tahu. Orang yang tidak banyak tahu sangat dekat dengan kebodohan. Dan kebodohan sangat dekat dengan kemiskinan.” (Ujang Sarwono – Intisari September 2015)