Find Us On Social Media :

Cara Ampuh Agar Akur dengan Keluarga Pasangan

By Chatarina Komala, Rabu, 3 September 2014 | 18:15 WIB

Cara Ampuh Agar Akur dengan Keluarga Pasangan

Intisari-Online.com - Menikah memang bukan soal menyatukan dua pribadi. Lebih dari itu, menikah adalah menyatukan dua keluarga, bahkan seringkali dua kampung sekaligus. Akibatnya, pasangan pengantin baru sebagai newcomer dalam keluarga pasangan masing-masing akan menjadi sorotan, mulai ujung rambut sampai ujung kaki. Tak jarang, di awal pernikahan banyak orang pun bisa jadi tak akur dengan keluarga pasangannya.Meski begitu, kita tetap tidak bisa menutup mata bahwa hubungan dengan keluarga pasangan ini ikut menentukan soliditas hubungan rumah tangga. Sebab, keluarga pada dasarnya dapat menjadi kelompok penopang (support group) dan jaring pengaman (safety net) utama bagi setiap orang. Lebih banyak jaringan, bisa berarti lebih banyak sumberdaya dan personel yang seringkali menjadi faktor kekuatan bagi seseorang. Artinya, peran keluarga tak bisa diabaikan. Bahkan penting."Saat menghadapi musibah, bentuk perhatian ketika stres, sakit, ketika kehilangan pekerjaan, sumber informasi, bantuan, dan dukungan lainnya dapat menjadi sangat positif," kata Rima Olivia, psikolog keluarga di Jakarta. Apalagi jika pasangan diterima dengan baik, mampu menyesuaikan diri secara adat, sosial, dan kekeluargaan yang diharapkan oleh keluarga besar kita. Karenanya, ketimbang membawa hubungan pada situasi konflik, bekerja sama dengan keluarga pasangan jelas bakal lebih membawa manfaat. Sebaliknya, jika tidak mampu mengatasi berbagai harapan ini, bisa jadi keluarga besar menjadi pemicu stres bagi pasangan. Ketidakmampuan mengikuti ritme, gaya hidup, cara menghadapi masalah yang khas, misalnya rapat-rapat keluarga yang tidak pernah ada dalam keluarganya, bisa jadi membuat salah satu pasangan merasa tertekan. Belum lagi, harapan yang kurang realistis terhadap fungsi keluarga besar pasangan, karena, misalnya berharap mereka bersikap seperti orangtuanya sendiri. Semua itu bisa berdampak buruk bagi kedua pihak."Terlebih bagi pihak perempuan. Harus pandai berkompromi. Jangan melulu berpikir menang-kalah. Apalagi meletakkan suami dalam posisi tidak menyenangkan," kata psikolog Rieny Hassan. Dia menyayangkan, sikap perempuan yang biasanya bersikap tidak bjaksana. Setiap kali ribut soal mertua, selalu bilang, "Pilih aku atau dia?"Dalam hal ini, membangun relasi yang dilandasi kasih sayang, seperti kita menjalin hubungan dengan keluarga sendiri merupakan cara ampuh agar akur dengan keluarga pasangan. Kita bisa memulainya dengan mempersiapkan "kemauan" belajar memahami mereka. Pikirkan apa yang bisa dilakukan untuk berbagi dan menikmati kebersamaan dan fokus pada kesamaan. (Rusman Nurjaman/ Pernah ditulis di Majalah Intisari Ekstra 1001 Solusi Untuk Keluarga Muda)