Jamuan Privat ala Good for Eats (4)

J.B. Satrio Nugroho

Penulis

Jamuan Privat ala Good for Eats (4)

Intisari-Online.com - Walaupun G48 selalu menyodorkan beberapa menu, namun ide private dining itu lebih costumize. Pelanggan bisa memesan atau mengembangkan menu sesuai selera sendiri, termasuk jika ada alergi makanan tertentu. Itu juga yang membedakan private dining ini dengan katering pada umumnya. “Kalau ada klien yang sudah pernah bekerja sama dengan kita, pasti kita buatkan menu yang berbeda dari sebelumnya, kecuali mereka memesan makanan yang sama dari sebelumnya,” terang Ivan. Konsep “pembeli adalah raja” sepertinya digambarkan secara harfiah oleh mereka berdua.

Untuk acara private dining, Fernando menjelaskan, G48 melayani minimal delapan orang, kalau di rumah biasanya sampai 15-17 orang. “Tapi kita juga harus lihat dapur mereka. Kalau dapurnya tidak memenuhi syarat kami, kita terpaksa tidak bisa menerima tawaran itu,” papar Fernando.

Bagi pasangan yang mau candlelight dinner, G48 juga bisa membantu suasana romantis dengan menyiapkan hidangan bagi pasangan tersebut. Untuk sementara, bagi yang ingin membuat pesta kecil seperti itu, Ivan dan Fernando bisa mengeset private dining di “rumah” mereka di bilangan Kemang, tepatnya di Kemang Village Apartement Ritz Tower.

Ternyata, G48 tidak hanya melayani acara privat di rumah dengan jumlah tamu terbatas, tapi juga kadang mengisi acara komersial, seperti launching produk sebuah perusahaan, namun tetap dibesut dengan konsep private dining. Juga tidak menutup kemungkinan menerima panggilan jauh, misalnya luar Jakarta atau bahkan luar Jawa. “Biasanya tergantung seberapa besar event yang diselenggarakan, apakah bujet sesuai atau tidak,” Ivan menjelaskan.

Biaya private dining yang diusung Ivan dan Fernando dihitung per orang, mulai dari Rp750 ribu per orang. Harga itu tergantung permintaan dan bahan mentah yang digunakan. Serupa katering, peralatan memasak dibawa sendiri.

Substitusi bahan baku

Tentu saja, usaha yang digeluti Ivan dan Fernando ini tidak luput dari hambatan. Tantangan terbesar yang dihadapi mereka berdua adalah ketersediaan dan kualitas bahan. Bahan impor seperti sea spinach, lemon, asparagus, kadang tidak tersedia. Atau ketika tersedia kualitasnya tidak menentu, kadang baik kadang buruk. Kalau sudah telanjur propose ke pelanggan tapi ternyata bahan tidak tersedia, mereka harus cari cara untuk mengganti bahan-bahan tersebut dengan bahan lain, tanpa mengubah citarasa masakan aslinya.

Ketersediaan bahan mentah di Indonesia yang tidak menentu juga membuat chef ini harus pintar-pintar melakukan inovasi. Salah satunya adalah dengan membuat teknik-teknik baru sehingga hal itu tidak menjadi hambatan, tapi justru bisa mengembangkan makanan yang dibuat.

Satu hal menarik yang dilakukan Ivan dan Fernando setelah acara adalah meminta tanggapan dari para penikmat masakan mereka, termasuk kritikan dan masukan. Hal itu perlu dilakukan karena mereka menyadari masih butuh banyak pengembangan atas kreasi dan masakan yang mereka ciptakan.

Bagi mereka G48 adalah cara jitu menjajaki keinginan pasar Indonesia terhadap dunia kuliner. “Tujuannya, kami bisa punya restoran,” Fernando mengungkapkan. “Kita sudah banyak masuk ke rumah orang, tapi kita sendiri enggak punya rumah. Kita pengen punya restoran yang jadi rumah kita,” Ivan menimpali.