Find Us On Social Media :

Makanan Peranakan Tionghoa & Imlek: Siomai, Pia, Bakpia

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 31 Januari 2014 | 19:30 WIB

Makanan Peranakan Tionghoa & Imlek: Siomai, Pia, Bakpia

Intisari-Online.com - Beberapa kuliner yang sangat akrab di telingan kita yang dihasilkan Tionghoa peranakan adalah siomai, pia, dan bakpia.Sampai kira-kira tahun 1960-an, siomai masih disebut sebagai campuran daging babi dengan udang yang diberi sedikit kanji dan bumbu-bumbu, lalu diisikan ke kulit siomai (seperti kulit pangsit rebut) dan ditaburi telur kepiting. Versi murahnya memakai taburan wortel cincang atau remah kuning telur rebus yang diberi pewarna jingga. Siomai ini dikukus dan dimakan dengan sambal yang mirip sambal botol.

Kemudian, siomai ikan tengir atau ikan ekor kuning menjadi lebih populer di berrbagai kalangan masyarakat. Ada yang ikannya banyak dan lezat, ada yang tidak halal kerana dicampuri daging babi, ada pula yang liat karena kebanyakan tepung kanji.

Helen Ishwara dalam artikelnya Aneka Rupa Masakan Peranakan menulis, entah kenapa, makanan yang dulunya bernama tahun bakso ikan juga disebut siomai di kemudian hari. Begitu juga dengan kentang, wortel, kol, lau siam, telur rebus yang dibelah yang diisi adonan ikan. Biasanya ini akan dimakan dengan campuran sambal kecap, air perasan jeruk limau, dan sambal botol.

Di Jakarta, menjelang Pehgueh Capgou (tanggal 15, bulam 8, penanggalan Tionghoa) biasanya muncul dua macam pia. Yang semacam adalah pia totok. Bulatan brgaris tengah kira-kira 6 cm itu tingginya 3-4 cm. Pia (phia) peranakan tingginya 10 cm, tebalnya 2 cm, dan kulitnya licin putih duberi cap merah yang menerapkan nama produsen dan isinya.

Pia di Makassar, kulitnya berlapis-lapis rapuh, sementara pia di Padang dalamnya berongga sehingg disebut pia kopong. Di Jawa Tengah dijumpai juga pia yang agak mirip, tetap tida terlalu kopong. Lebih tebal kulitnya dan sedikit lebih berat.

Sementara di Yogyakarta, lebih dikenal dengan nama bakpia pathuk yang kecil-kecil dan kulitnya berlapis-lapis. Jenis ini tidak selali berisi daging, ada kacang hijau, ada gula, cokelat, dan lain sebagainya.Sumber: Peranakan Tionghoa Indonesia (2009)