Gadri Resto, Wisata Kuliner di Dalam Museum

Agus Surono

Penulis

Gadri Resto, Wisata Kuliner di Dalam Museum

Intisari-Online.com - Masih soal masakan keraton, selain Bale Raos, masih ada pilihan lain restoran yang menyajikan menu-menu sultan, yaitu Gadri Resto. Restoran milik BRAy. Hj. Nuraida Joyokusumo ini terletak di sebelah barat Keraton

Gadri Resto didirikan pada tahun 1984 oleh GBPH Joyokusumo, adik kandung Sri Sultan Hamengku Buwono X. Resep-resep yang dipakai Gadri Resto adalah hasil kumpulan resep turun-temurun Keraton yang dikumpulkan dan dibukukan oleh istri Gusti Joyokusumo.

Begitu kita menginjakkan kaki di Gadri, suasana hangat keraton langsung terasa. Restoran yang bangunannya berarsitektur Jawa ini menjadi semakin unik karena juga menjadi museum yang menyimpan banyak benda pusaka dan bersejarah. Di sini juga terpampang catatan sejarah tentang keluarga Sultan.

Deretan menu masakan ala keraton yang bercita-rasa Yogya ini dijamin akan langsung membangkitkan selera makan Anda. Menu-menu yang tersedia namanya unik dan terdengar "ningrat". Ada Nasi Blawong, Gurame Lombok Ketok, Manuk Nom, Urip-urip Gurame, Prawan Kenes, Beer Jawa, Cok Ganem, Rondo Topo, Kapiratu, dan Tapak Kucing.

Pernah mencicipi menu-menu tadi? Kalau belum, berarti memang Anda harus datang ke sini dan mencobanya. Beberapa menu di sini memang sekilas mirip dengan Bale Raos karena memang masih satu resep dari Keraton.

Akan tetapi tidak semua sama. Nasi Blawong, misalnya. Masakan ini khas Gadri Resto. Dalam hal rasa, tiada tandingannya. Nasinya berwarna kecokelatan, campuran dari berbagai rempah-rempah tradisional. Sejak sendokan pertama, bumbunya yang gurih langsung terasa memikat lidah. Masakan yang cita rasanya sesuai dengan selera lidah Jawa ini biasanya dijadikan suguhan untuk royal dinner.

Nasi Blawong biasa menjadi sajian istimewa saat hari ulang tahun Sultan yang sedang bertakhta. Disajikan bersama Nasi Megono, Nasi Gurih, dan Nasi Punar. Nasi Blawong paling cocok ditemani dengan Lombok Kethok. Isinya cabai dipotong kotak, rasanya agak pedas manis. Yang tak suka pedas tak usah takut. Namanya saja yang lombok, tapi rasa pedasnya tidak terlalu hot, bahkan bisa dibilang cenderung manis. Sesuai dengan selera Yogya.

Pilihan lainnya, ayam goreng laos dan telur masak pindang yang digoreng. Ayam goreng laosnya terasa gurih lezat karena sebelum dimasak, ayamnya diungkep (direbus lama dengan panas sedang) dengan santan kelapa sampai bumbunya benar-benar meresap ke dalam daging.

Tempat tidur Sultan

Selain menu makan besar, Gadri Resto juga menyediakan menu-menu ringan. Salah satu andalannya, Pisang Goreng Keju. Pisang goreng ini sangat berbeda dengan pisang keju yang biasa dijual di tempat lain.

Di Gadri, sebelum dibakar, pisang kepok terlebih dahulu dibersihkan sampai keluar cairannya, kemudian digoreng sampai kecokelatan. Lalu di atasnya ditaburi keju dan dihias dengan buah ceri merah. Pisangnya lebih empuk, kering, dan tidak berminyak. Sungguh pas jika makan sambil ditemani Beer Djawa maupun wedang secang.

Jika hendak datang bersama keluarga atau rombongan, sebaiknya kita melakukan reservasi dulu. Supaya menu-menu andalannya dipersiapkan. Menu-menu di sini bisa disajikan ala carte ataupun buffet. Tapi kalau kita mau langsung ke sana tanpa reservasi juga bisa kok. Lokasinya tak jauh dari keraton.

Kalau perut sudah kenyang, masih di areal yang sama, Anda bisa langsung melihat-lihat ke dalam rumah yang sengaja untuk open house. Lokasinya persis di belakang restoran. Keluarga Joyokusumo memang tinggal di situ. Jadi, Anda bisa melihat keseharian hidup keluarga keraton.

Dilihat dari bangunannya, tempat tinggal keluarga Joyokusumo ini mirip museum. Museum plus tempat tinggal. Koleksi benda-benda yang berkaitan dengan upacara adat seperti tedak siten masih lengkap. Di sini kita bisa melihat tempat tidur saat Sultan HB IX dilahirkan.

Kita juga bisa melihat langsung proses pembuatan batik tulis para perajin. "Restoran ini memang saya konsep bukan hanya untuk tempat makan, tapi juga sebagai museum. Pengunjung bisa makan sekaligus melihat-lihat museum," ujar Ibu Joyokusumo.

Soal harga, rata-rata satu orang perlu merogoh kocek sebesar Rp50.000 sampai Rp100.000. Mahal? Rasanya cukup sepadan karena di sini kita bisa mencicipi makanan yang biasa disantap para sultan sambil sekalian berwisata sejarah. (TIA/ONG/Wisata Jajan Yogyakarta 2008)

Gadri RestoJln. Rotowijayan No. 5Tlp. 0274-373520Buka: tiap hari, pkl. 08.00 - 20.00