Find Us On Social Media :

Soto Triwindu, Sempat Mau Ditutup

By Agus Surono, Kamis, 1 Mei 2014 | 09:30 WIB

Soto Triwindu, Sempat Mau Ditutup

Intisari-Online.com - Soto bisa ditemui di mana saja. Tidak terkecuali di Kota Solo. Banyak warung soto bertebaran, baik soto ayam maupun soto daging. Namun, dari sekian banyak warung soto, tak berlebihan kalau kita menjagokan Soto Triwindu di Jln. Teuku Umar 41 Keprabon. Nama Triwindu yang sudah kondang tiga generasi ini adalah jaminan soto daging sapi yang paten.

"Dinasti" Soto Triwindu dibangun oleh Karyorejo di tahun 1939 yang berjualan keliling di sekitar Pura Mangkunegaran. Kenikmatan soto racikan Karyorejo mengundang perhatian dari penguasa Pura Mangkunegaran saat itu, Mangkunegara VII. Karyorejo diminta berjualan di dalam pasar yang didirikan untuk memperingati berdirinya Pura Mangkunegaran, yaitu Pasar Windujenar atau Pasar Triwindu.

Semula warung ini diberi nama Soto Pringgondani. Namun pelanggan lebih suka menyebut Soto Triwindu karena letaknya di Pasar Triwindu. Tahun 1943, Karyorejo meninggal lalu dinasti Soto Triwindu diteruskan anaknya, Ny. Hj. Yososumarto. Sekarang warung dikelola oleh anak-anak Hj. Yososumarto.

Karena Pasar Triwindu direnovasi, tempatnya kini bergeser tidak lagi di dalam pasar tetapi pindah ke belakang pasar, tepatnya di Jln. Teuku Umar.

Meski saat ini dikelola generasi ketiga, Soto Triwindu masih tetap autentik. Angkringan pikulan dari bambu untuk menyiapkan soto masih dipertahankan hingga kini. Di samping kiri angkringan, terdapat bakul nasi dengan centong dari batok kelapa. Di samping kanan, kuali besar berisi kuah dipanaskan di atas tungku bara arang.

Karena dimasak menggunakan kuali dari tanah, soto ini juga sering disebut soto kuali. Cita rasa soto pun tetap terjaga. Ciri khas Soto Triwindu adalah kuahnya yang kental dibuat dari kaldu sapi asli berwarna keruh lantaran sarat dengan berbagai bumbu rempah.

Rasanya gurih, segar, dan sedap benar karena dimasak dengan kuali tanah dan dipanasi arang kayu. Daging sapinya juga empuk, seratnya mudah dikunyah. Daging Soto Triwindu berasal dari daging segar yang diperoleh langsung di tempat penjagalan resmi milik pemerintah.

Soto Triwindu disajikan dalam mangkuk beserta nasi yang di atasnya ditaburi bawang merah goreng, irisan tipis tomat, belimbing wuluh, sedikit seledri, serta taoge. Dinikmati dengan sendok bergagang lebar alias sendok bebek, kesedapan Soto Triwindu akan langsung terasa.

Babat dan kikil atau empal goreng yang empuk boleh ditambahkan sebagai pelengkap soto. Ada juga lidah sapi goreng, paru, dan kikil. "Semua warisan Ibu di warung ini tetap kami pertahankan, termasuk jenis lauk pauk," kata Ny. Lestari, salah satu anak Hj. Yososumarto (alm.).

Menikmati Soto Triwindu seakan menyantap hidangan sarapan di rumah sendiri karena warung ini memang menempati rumah pribadi keluarga Ny. Yososumarto. Rumah lawas yang ditopang dengan sokoguru dipertahankan bentuk aslinya. Tak banyak hiasan dinding, kecuali sebuah spanduk bertuliskan Soto Triwindu (Asli) sejak tahun 1939, dilengkapi foto diri Hj. Yososumarto yang seakan menegaskan orisinalitas warung ini.

Sejak jam buka di pagi hari, pengunjung sudah langsung ramai dan terus mengalir hingga siang hari. Meski laris, tak ada niat keluarga Hj. Yososumarto untuk membuka cabang. Bahkan saat Hj. Yososumarto meninggal tahun 2006 silam, sembilan anaknya sempat kebingungan, apakah warung itu diteruskan atau tidak.

"Kami semua sudah punya pekerjaan sendiri-sendiri. Tetapi kalau warung ditutup, kasihan pelanggan," kata Sri Lestari anak bungsu Hj. Yososumarto. Walhasil, Lestari dan saudara-saudaranya sepakat untuk bergantian menjaga warung.

Sehari, paling tidak 30 - 40 kg daging sapi dipersiapkan untuk kebutuhan soto dan lauk-pauk. Di hari Minggu dan hari libur, soto sudah habis sebelum jam makan siang berakhir. (Imron/Wisata Jajan Solo-Semarang 2009)

Soto Trwiwindu (Asli)Hj. YososumartoJln. Teuku Umar No. 41 Keprabon, SoloBuka setiap hari: pukul 06.00 - 15.00 WIB