Find Us On Social Media :

Kepincut dengan Lontong Balap Pak Gendut

By Agus Surono, Sabtu, 10 Mei 2014 | 09:00 WIB

Kepincut dengan Lontong Balap Pak Gendut

Intisari-Online.com - Jalan-jalan ke Surabaya tapi tidak menikmati lontong balap? Wah, itu artinya wisata Anda belum lengkap. Sebab inilah salah satu makanan khas Surabaya. Makanan ini juga tidak sulit dicari karena pedagang lontong balap tersebar di mana-mana. Salah satu lokasinya berada di Jln. Kranggan, yakni Lontong Balap Pak Gendut.

Di sini terdapat deretan warung yang menawarkan makanan khas Surabaya ini. Dari banyak penjual di situ, ada satu warung yang sudah tersohor dan menjadi langganan para artis, yaitu Lontong Balap Pak Gendut. Pria yang dijuluki Pak Gendut ini bernama asli Abdul Rohim.

Saat melayani pembeli, Abdul Rohim mengenakan kaos dan peci. Perutnya pun tidak segendut julukannya. "Dulu memang saya gendut, sekarang agak kurus," ujarnya tersenyum.

Usaha yang dirintis orangtuanya ini sudah berjalan sejak tahun 1950 dan terus bertahan hingga sekarang. Kunci sukses hingga bisa bertahan sampai sekarang adalah karena kualitas rasanya selalu dijaga. Kiat inilah yang membuat lontong balap Pak Gendut ini selalu ramai pembeli.

Tempat duduk yang disediakan di warung Lontong Balap Pak Gendut selalu penuh. Bahkan, penjual es degan di kanan-kirinya juga menikmati rezeki dari limpahan pembeli karena mereka pasti memesan es kelapa muda sebagai teman makan lontong balap.

Meski ramai pembeli, kita tak perlu menunggu lama untuk bisa menikmati makanan ini. Sebab, Pak Gendut sudah menata piring berisi irisan lontong. Jadi, begitu ada pembeli, ia tinggal menambahkan irisan tahu goreng dan lentho (gorengan yang terbuat dari singkong dan kacang tolo, bentuknya bulat). Tahu gorengnya diiris menggunakan pisau, lentho-nya diremas menggunakan tangan. Setelah itu ditambah taoge yang porsinya menjulang dan memenuhi piring.

Uniknya, dengan porsi taoge yang besar tersebut, sendok sayur yang digunakan untuk mengambil taoge ukurannya sangat kecil. Ternyata ini ada maksudnya. "Memang sengaja sendok sayurnya kecil. Kalau besar, yang terambil bukan taogenya tapi cuma kuahnya," jelas Pak Gendut yang mengaku dalam sehari membutuhkan taoge hingga 60 kg.

Sesudah taoge dan siraman sedikit kuah, lontong balap ini tinggal diberi bawang goreng, kecap, dan sambal. Sambal lontong balap berbeda dengan sambal biasa. Sambal ini menggunakan petis udang. Rasanya campuran, pedas, manis, asin, dan gurih. Semua beradu di lidah. Sambal istimewa inilah yang, kata Pak Gendut, sangat disukai pembeli.

"Kalau makan di sini, pembeli bisa nambah sambal sepuasnya," tuturnya.

Kuah yang segar dan lentho yang gurih beradu dengan sambal yang istimewa. Sebagai pelengkap lontong balap, tersedia juga sate kerang. Agar tambah nikmat, biasanya, sate kerang lebih dulu disiram kecap dan sambal, lalu dibolak-balik dan ditekan agar bumbunya merata. Di atasnya lalu ditaburi bawang goreng.

Lontong balap dan sate kerang memang kombinasi yang pas. Rasanya benar-benar selaras. Apalagi, taogenya dimasak menggunakan api kecil sehingga masih terasa segar dan gurih. Begitu disantap, taoge ini menimbulkan sensasi suara "cress .. cress" di mulut.

Sambil menyantap lontong, jangan lupa selingi dengan sate kerang yang sudah dibaluri bumbu. Wah, rasanya enak tenan. Untuk semua kelezatan ini, kita tidak perlu merogoh kantung terlalu dalam. Setelah perut kenyang, kita pun tinggal berdendang, Semanggi Suroboyo lontong balap Wonokromo. (Ana/Koes/Wisata Jajan Surabaya 2008)

Lontong Balap Pak GendutJln. Kranggan (depan bekas Bioskop Garuda)Buka tiap hari: 08.00 - 22.00