Find Us On Social Media :

Tak Perlu Takut Makan Belut di Mangut Welut Goden

By Agus Surono, Kamis, 29 Mei 2014 | 07:00 WIB

Tak Perlu Takut Makan Belut di Mangut Welut Goden

Intisari-Online.com - Belut (dalam bahasa Jawa, welut) bukan tergolong sumber daging yang populer seperti lele atau ikan-ikanan. Tapi di Godean, Yogyakarta, belut bisa disulap menjadi makanan favorit yang diburu banyak orang.

Nama warung yang menjual menu ini adalah Mangut Welut Godean. Mangut merupakan salah satu jenis masakan khas Yogya yang biasa disajikan di dapur keluarga kampung. Cirinya, masakan ini berkuah santan kental.

Warung ini terletak cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta. Letaknya persis di seberang jalan depan regol (pintu gerbang) Pasar Godean, sekitar 25 km arah barat Kota Yogya. Kira-kira setengah jam perjalanan santai dengan mobil.

Tidak ada yang mencolok dari warung yang hanya berukuran sekitar 4 meter persegi itu. Kecil dan agak menjorok ke dalam meskipun berada persis di pinggir jalan. Hanya ada lampu neon sebagai satu-satunya penerangan dan tiga buah lincak (kursi bambu) kecil untuk duduk. Satu-satunya penanda ketenaran warung ini adalah banyaknya pembeli yang berkerumun. Semua antre untuk mendapatkan mangut.

Warung Mangut Welut Godean menyediakan dua jenis mangut, yaitu Mangut Welut dan Mangut Lele. Keduanya dimasak dan dibumbui dengan rempah yang sama. Tapi dari kedua jenis mangut ini, mangut welutnya lebih terkenal di kalangan pelanggan.

Sebelum dibumbu mangut, welut lebih dulu digoreng sampai kering. Lalu belut goreng ini dimasak dengan santan sampai bumbunya meresap ke dalam daging welut. Tampilannya memang tidak begitu menarik, tapi rasanya ... jangan ditanya. Kalau Anda takut makan belut, setelah makan masakan ini, mungkin Anda akan berubah pikiran.

Aroma mangut welut khas. Baru mencium baunya saja, air liur sudah keluar sekalipun lidah belum mencicipinya. Mangut disajikan bersama sayur gudeg, daun singkong, dan sambal krecek. "Tambahan sayur gudeg itu modifikasi. Dulu ya cuma nasi sama Mangut Welut," kata Ngadiyono, pemilik warung.

Bumbu mangut antara lain bawang merah, jahe, kemiri, laos, dan kencur sunti. Masakan ini tidak memakai kunyit sebab, kata pemilik warung, kunyit akan menyebabkan masakan cepat basi. Warna mangut hanya berasal dari cabai merah.

Belut yang dipakai hanya belut yang berukuran kecil sebab belut besar terlalu mudah remuk kalau dimangut. Belut kecil lebih tahan dimasak sehingga bentuknya tetap utuh saat matang. Kelezatan mangut bukan hanya dari bumbunya, tapi juga dari belutnya. Belut dipilih yang ukurannya kecil-kecil tapi berbeda dengan belut yang dibuat keripik.

Rasa belut kecil ini tidak pahit dan jelas lebih enak. Menurut Ngadiyono, belut-belut itu berasal dari persawahan di desa-desa sekitar Godean. Di restoran ini kita juga bisa mencoba Mangut Lelenya. Sama-sama enak. Komponen bumbunya sama tapi komposisinya sedikit berbeda. Kuahnya lebih terasa pedas dan hangat. Rasa hangat laos lebih terasa. Tidak terlalu panas tetapi juga tidak sekadar hangat di tenggorakan.

Jadi, mangut ini tidak hanya enak di lidah, tapi juga bisa menghangatkan tubuh. Paduan pedas kuah bumbu mangut dengan sambal krecek akan lebih terasa mantap bila dimakan bersamaan.

Jika Anda tidak suka (atau mungkin takut) makan belut, Anda bisa memilih menu lain yang bukan welut tapi diberi kuah bumbu mangut. Pilihannya ada Lele Goreng dan Ayam yang di bumbu bacem. Semuanya enak. Sebagai pelengkap, warung ini juga menyediakan bakwan, tahu bacem, peyek, dan intip (kerak nasi liwet). Bakwan hanya berisi taoge dan digoreng sangat kering. Gurih dan sama sekali tidak alot.

Warung mangut sudah berdiri sejak 1940, kapasitasnya sekitar 50-an orang. Jika sedang penuh, banyak pengunjung yang rela makan dengan duduk di atas sepeda motor. Sebagian bahkan berdiri. Ini setidaknya menggambarkan betapa mangut welut Ngadiyono ini memang lezatnya tidak diragukan lagi. (TIA/ONG/Wisata Jajan Yogyakarta 2008)

Mangut Welut GodeanJln. Godean (dekat Pasar Godean)Buka tiap hari pkl. 18.00 - 22.00.