Find Us On Social Media :

Sop Buntut Berpadu Seni di Lawangwangi Creative Space

By Agus Surono, Sabtu, 21 Juni 2014 | 11:00 WIB

Sop Buntut Berpadu Seni di Lawangwangi Creative Space

Intisari-Online.com - Bandung utara selain dikenal dengan alam yang mempesona juga menjadi tempat rumah makan unik. Kontur di ketinggian dan perbukitan membuat makan tak lagi menyuapkan makanan ke mulut. Namun juga memanjakan mata untuk berlama-lama menikmati makanan.

Lawangwangi Creative Space memang tak menyiratkan sebagai sebuah nama rumah makan. Lebih ke arah seni. Tak salah memang karena tempat ini berangkat dari galeri seni. Rumah makan bersuasana cafe baru datang belakangan. 

Tempat ini dahulu bernama Art & Science Estate. Seiring perkembangan seni rupa kontemporer, maka di akhir 2012, Art & Science Estate resmi berubah nama menjadi Lawangwangi Creative Space. Sejak itulah, lantai dua diberdayakan sebagai cafe. Ada alasan tentu menggunakan lantai dua. Dari sini view perbukitan dan Bandung di kala malam terekspos dengan leluasa.

Kontur perbukitan menjadi rute yang bagus untuk menjajal kinerja mesin sebuah mobil. Bisa jadi itulah yang menjadi alasan PT Datsun Indonesia memilih Lawangwangi ini sebagai tempat makan siang dalam Media Ride & Drive Datsun Go+ Panca. Berangkat dari Jakarta pagi hari dan sampai di Lawangwangi pas siang hari.

Begitu tiba di halaman parkir, aroma seni sudah menyapa pengunjung. Tak jauh dari tempat parkir serangkaian patung perak berdiri berjajar. Serangkaian patung itu bercerita soal perjalanan sembahyang. Berawal dari bentuk manusia siap sembahyang sampai berakhir dengan jubah sembahyang saja. Raga manusia sudah hilang.

Menapaki tangga cafe benda-benda seni mulai menghias di beberapa sudut atau tempat. Tulisan "Dilarang Menyentuh Karya" tertempel di dinding untuk mengingatkan pengunjung bahwa lapisan minyak yang ada di tangan manusia bisa merusak karya seni.

Saya memesan sop buntut sebagai menu makan siang. Untuk minuman rencananya pesan kopi panas. Namun saat itu listrik sedang mati sehingga mesin pembuat kopi tak beroperasi. Jadilah pesan bajigur.

Penyajian sop buntut patut diacungi jempol. Nasi tak ditata secara konvensional. Namun berbentuk tumpeng. Sop buntutnya sendiri rasanya pas. Dagingnya empuk. Tak terlalu susah bagi sendok dan garpu memilah daging dari tulang. Siang yang mendung itu terasa segar begitu menyeruput kuah sop.

Ketika makanan tandas dan menyeruput bajigur, saya sedikit terkejut. Rasanya berbeda dengan bajigur yang dulu saya cecap ketika pertama kali ke Bandung di medio 1980-an. Warnanya mirip dengan bandrek menurutku. Namun tidak "pedas". Yang menggelitik adalah adanya nata de coco berbentuk dadu. Kelapa tidak hadir dalam bentuk santan tapi nata de coco.

Menu lain yang ada di Lawangwangi Creative Space mulai dari nasi goreng, salad, spaghetti hingga macam-macam steak. Pilihan minumannya beraneka ragam, mulai dari kopi, cokelat, mocktail, hingga minuman tradisional seperti bandrek dan bajigur yang saya coba tadi.

Menuju ke sini sangatlah mudah. Ambil arah ke Terminal Dago, lurus terus mengikuti jalan ke kiri yang turun. Anda sudah masuk Jln. Dago Giri. Jalannya relatif sempit dibandingkan jalan utama tadi. Ada papan petunjuk menuju Lawangwangi Creative Space yang dipasang di sisi jalan. Jadi tidak perlu khawatir tersesat sebelum sampai ke cafe tersebut.

Beberapa tanjakan mengharuskan saya mengoper gigi ke gigi 1 pada Datsun Go+ Panca. Terlebih sebelum masuk Lawangwangi yang menanjak dan berbelok patah.

Lawangwangi Creative Space Jln. Dago Giri 99 MekarwangiBandungTlp. 022-2504065Buka: Selasa hingga Minggu, pukul 11.00 sampai pukul 22.00; Sabtu: pukul 10.00 hingga pukul 23.00.