Find Us On Social Media :

Kopi Tahlil Pekalongan Awalnya dari Tahlilan

By Agus Surono, Jumat, 4 Juli 2014 | 10:00 WIB

Kopi Tahlil Pekalongan Awalnya dari Tahlilan

Intisari-Online.com - Ngopi kayaknya menjadi tradisi di hampir setiap masyarakat Indonesia. Masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Di warung-warung kopi inilah berbagai obrolan diumbar. Nah, di Pekalongan cobalah untuk mencicipi kopi tahlil.

Setiap malam, tenda-tenda penjaja kopi bermunculan di beberapa sudut jalan kota Pekalongan. Semua memberi label yang sama untuk dagangan mereka: "Kopi Tahlil".

Kopi tahlil bukan hanya menyajikan cita rasa kopi yang berbeda dengan biasanya, tapi juga memberikan cerita sejarah asal mula tradisi ini muncul. Konon, kopi merupakan hidangan wajib bagi setiap acara Tahlilan yang diadakan oleh warga yang baru kehilangan sanak familinya.

Lama kelamaan, kopi tahlil bergeser menjadi komoditas yang dijajakan di Pekalongan. Selain "asal muasal"nya tersebut, kopi tahlil juga memberikan cita rasa yang aduhai bagi para penikmatnya. Bukan hanya bubuk kopi yang diseduh dengan air panas, kopi tahlil juga "dibumbui" dengan aneka rempah-rempah seperti jahe, kapulaga, sereh, kayu manis dan sebagainya.

Kita juga bisa menambahkan susu kental manis di dalamnya. Alhasil, begitu tegukan pertama meluncur ke tenggorokan, sensasi yang berbeda akan muncul: kenikmatan aroma kopi kaya rempah dengan kehangatan yang dialirkannya ke dalam tubuh kita. Seolah ada suntikan energi baru yang mengalir melalui perantara kopi tahlil ini.

Salah satu teman untuk menikmati kopi tahlil ini adalah ketan kinca. Ketan dengan parutan kelapa yang gurih diguyur dengan kinca alias gula merah cair menghasilkan paduan asin-manis yang serasi. Kudapan inilah yang paling laris selain aneka kudapan lainnya seperti gorengan dan kacang.

Kedai Kopi Tahlil Pak Eko bisa dicoba. Warungnya memang kecil. Berada di kaki lima di ruas Jln. H. Agus Salim. Akan tetapi sebagian besar pengunjung memang tidak menikmati kopi di dalam kedai itu, mereka menggelar tikar yang disediakan oleh sang penjual di sepanjang trotoar sekitar kedai kopi itu. Di atas tikar itulah beragam obrolan tentang berbagai hal tercurahkan dengan ditemani aroma kopi tahlil yang menggoda, mengisi ruang udara malam kota Pekalongan. (banyumurti.net)