Find Us On Social Media :

Cafe Teduh, Alternatif Ngabuburit di Denpasar

By Agus Surono, Minggu, 6 Juli 2014 | 10:00 WIB

Cafe Teduh, Alternatif Ngabuburit di Denpasar

Intisari-Online.com -  Ngabuburit seperti menjadi agenda wajib saat bulan puasa. Menunggu waktu berbuka di tempat khusus. Tentu dekat dengan warung atau rumah makan sehingga ketika saatnya buka tinggal pesan.Jika berada di Bali, salah satu lokasi ngabuburit adalah Cafe Teduh. Sesuai namanya, kafe yang terletak di Jalan Diponegoro, Gang 1, Denpasar, Bali atau di sebelah Bank Permata ini memang teduh karena dikelilingi pepohonan dan tanaman.Pemilik Cafe Teduh, Berti mengatakan, tanaman itu merupakan hasil tanam sendiri karena sejak dulu ayahnya suka berkebun.Cuaca Denpasar yang cenderung panas, berubah sejuk ketika memasuki kafe ini. Apalagi adanya alunan musik yang membuat suasana semakin nyaman. Kafe ini buka pada pukul 10.00-22.00 Wita setiap Minggu hingga Jumat, dan hingga pukul 23.00 Wita khusus Sabtu.Hal ini dikarenakan pengunjung pada malam Minggu biasanya lebih ramai lagi. Kafe ini pun cukup padat dikunjungi pada saat makan siang, antara pukul 12.00-14.00 dan saat makan malam mulai pukul 19.30.Dalam masa bulan puasa, kafe ini juga menyediakan menu kolak, satu di antara menu khas Ramadhan, yang bisa dipesan para pengunjung. "Biasanya pekan kedua, mulai ramai orang-orang yang buka puasa di sini," ujar Berti.

Menurut Berti, pada pekan pertama banyak yang berbuka puasa bersama keluarga di rumah. Kafe yang terbagi menjadi dua lantai ini memiliki kapasitas sekitar 100 kursi di lantai bawah, dan 30 kursi di lantai atas. Bagian lantai bawah juga difasilitasi bale bengong bagi para pengunjung yang ingin lebih santai.Pengunjung bebas mengakses internet dengan fasilitas free Wifi, terutama kalangan anak muda yang sering datang untuk mengerjakan tugas atau belajar bersama di kafe tersebut.Kafe ini dikunjungi berbagai kalangan, mulai dari pegawai kantoran, keluarga, hingga pelajar. "Biasanya saat sarapan hingga makan siang banyak dari karyawan dan mahasiswa, mulai sore hingga makan malam makin banyak kalangan anak mudanya," tutur Berti.Selain itu, Cafe Teduh juga melayani gathering dan acara-acara seperti ulang tahun, rapat, arisan, reuni yang diadakan di tempat ini. Nasi Bakar Cumi Jadi AndalanKeteduhan dan kenyamanan kafe ini tentunya semakin lengkap dengan dibarengi lezatnya menu-menu yang ditawarkan. Nasi bakar cumi hitam merupakan satu dari sekian menu yang ditawarkan Cafe Teduh, yang menjadi favorit. Seperti nasi bakar pada umumnya, nasi bakar ini disajikan dengan dibungkus daun pisang. Namun begitu dibuka, nasi bakar ini tampak berwarna hitam. Tentu ini berbeda dengan nasi bakar lainnya.Warna hitam dari nasi ini berasal dari tinta cumi-cumi. Rasanya pun berbeda, rasa gurih nasi bakar satu ini kian terasa dengan adanya tinta cumi. Ditambah dengan potongan daging cumi yang ada di dalam nasi bakar ini, menambah sedap santapan satu ini.Untuk pelengkapnya, ada sambal mbe yang terbuat dari bawang merah dan bawang putih goreng juga cabai rawit, yang akan menambah kelezatan nasi bakar ini. Tidak ketinggalan ayam goreng rica, makanan khas Manado ini juga merupakan andalan Cafe Teduh. Ayam yang digoreng hingga empuk ini diberi bumbu rica yang khas.Pedas namun nikmat pastinya, ditambah lagi disantap dengan nasi putih hangat. Menu-menu ini bisa menjadi pilihan sebagai sajian untuk berbuka puasa bagi para pengunjung yang ingin berbuka di kafe ini. Adapun menu lain yang spesial untuk hari-hari besar, antara lain kolak pisang, ayam gebrak, dan nasi bakar udang. Bukan Sekadar KafeBerawal dari berjualan nasi campur di halaman rumah, kini Cafe Teduh menjadi satu dari banyak tempat untuk bernostalgia para pengunjungnya. Apalagi kafe ini sudah berusia 14 tahun.Menurut Berti, pada saat pertama kali buka, tempat ini hanya memiliki dua meja bulat berpayung dan tujuh kursi. Kebanyakan pengunjung pun masih dari lingkungan sekitar, seperti karyawan bank dan pegawai-pegawai lain. "Pernah dulu, lagi hujan, ada pasangan muda mudi ke sini, karena hujan mereka lari ke motor untuk ambil jas hujan. Kemudian jas hujannya dipakai, terus mereka kembali ke meja dan lanjut makan, saling suap-suapan," tutur Berti.Bahkan, lanjut Berti, pasangan tersebut hingga sekarang masih sering mengunjungi Cafe Teduh, dan saat ini mereka sudah memiliki dua orang anak.Berti menambahkan, tempat ini bukan sekadar kafe, bukan sekadar tempat makan biasa, tapi tempat ini punya banyak cerita dan pengalaman. "Cafe Teduh ini punya kesan sebagai tempat bernostalgia," tambah Berti. (Kompas.com)