Find Us On Social Media :

Asal-usul Harajuku, dari Basis Ninja hingga Pusat Mode

By Moh Habib Asyhad, Senin, 18 Agustus 2014 | 16:00 WIB

Asal-usul Harajuku, dari Basis Ninja hingga Pusat Mode

Intisari-Online.com - Saat pertama kali menyebut Harajuku, persepsi orang langsung tertuju pada berbusana modern yang sedikit nyleneh. Tidak sepenunya salah karena memang di Harajuku banyak ditemui orang yang berbusana “nyeleneh” dalam arti  berani memadukan warna, potongan, dan aksesoris dalam berbusana. Menarik untuk menggali asal-usul Harajuku.

Untuk lebih detail mengetahui latar sejarah Harajuku, ada baiknya kita jauh mundur ke belakang. Harajuku sendiri sebenarnya adalah sebutan populer untuk kawasan yang membentang dari bagian selatan wilayah Sendagaya ke Jingumae-machi. Atau menurut warga Tokyo, kawasan Harajuku dimulai dari Stasiun Harajuku hingga Omotesando. Meski demikian, Harajuku bukanlah sebutan resmi untuk menunjukkan alamat.

Japan National Tourism Organization menyebut, setelah Olimpiade Tokyo tahun 1964 banyak butik fashion dibuka di wilayah itu. Sejak itulah Harajuku menjadi tempat berkumpul anak muda Jepang yang memakai busana-busana unik.

Awalnya, wilayah Harajuku lebih dikenal sebagi basis ninja. Sebelum zaman Edo, wilayah itu menjadi kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui jalur utama Kamakura. Pada 1590, Tokugawa Ieyasu, shogun pertama dari keshogunan Tokugawa menghadiahkan  wilayah Harajuku dan Onden kepada para ninja dari Provinsi Iga sebagai balas budi karena para ninja itu pernah membantunya melarikan diri dari Sakai ke Mikawa dalam insiden Honnoji. (Baca juga: Makin Banyak Orang Indonesia yang Melancong ke Luar Negeri

Para ninja kelompok Iga ini kemudian mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo (kini disebut Tokyo) karena letaknya yang strategis. Selain ninja, kelompok samurai shogun juga tinggal di Harajuku.

Lambat laun, wilayah Harajuku semakin berkembang lebih-lebih setelah menjadil jalur yang menghubungkan Tokyo dengan daerah sekitarnya. Pada 1906, Stasiun Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Ketika Kuil Meiji didirikan, dibangunlah jalan yang kini disebut  Omotesando (jalan utama ke kuil) pada tahun 1919.

Pasa Olimpiade Tokyo 1964 asal-usul Harajuku sebagai basis ninja sedikit demi sedikit memudar, terlebih ketika toko-toko dan butik mulai didirikan—pada 1965 namanya diubah menjadi Jingumae. Banyak gadis muda Jepang mengunjungi wilayah itu dengan dandanan dan pakaian yang mengacu pada majalah mode setempat. Gadis-gadis dengan gaya mode yang unik itu kemudian menarik banyak orang untuk datang dan melihatnya.

Saat ini Harajuku menjadi identik dengan remaja-remaja berbusana unik dan menjadi tempat berkumpul bagi mereka yang ingin memamerkan gayanya, sekaligus mereka yang ingin menonton “peragaan busana jalanan” itu. Butik-butik yang menjual barang-barang dari merek-merek terkenal pun bermunculan. (Baca juga: Menyapa Keanggunan Negeri Sakura di Kyoto

Bila kita berkunjung ke Harajuku hari ini, kita masih bisa melihat pintu Stasiun Harajuku, yang menjadi saksi asal-usul Harajuku, dalam bentuk aslinya. Di dekat stasiun, sekitar 5 menit jalan kaki, kita juga akan menjumpai Kuil Meiji yang megah dalam keheningannya. Tapi sayang, jangan berharap kita bisa bertemu ninja yang berpakaian serba hitam. Seperti yang sudah disebut sebelumnya, yang ramai sekarang adalah remaja-remaja dengan pakaian mencolok dan unik. (Kompas.com)