Penulis
Intisari-Online.com -Daulah Abbasiyah berhasil mengembangkan Baitul Hikmah sebagai pusat ilmu pengetahuan dunia.
Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan keberhasilan itu?
Untuk menjawab pertanyaan terkait keberhasilan Baitul Hikmah itu, pertama-tama kita juga harus tahu perkembangan Daulah Abbasiyah secara umum dalam segala bidang.
Bayt Al-hikmah atau Baitul Hikmah alias Rumah Kebijaksanaan merupakan pusatpenelitian dan ilmu pengetahuan.
Institusi ini didirikan oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Meski kerap disebut sebagai Perpustakaan Baitul Hikmah atau Perpustakaan Besar Bagdad, tetapi fungsinya sangat banyak.
Baitul Hikmah digunakan sebagai perpustakaan, pusat penerjemahan teks-teks kuno dari Yunani, dan pusat keilmuan pada masa kejayaan Islam.
Baitul Hikmah didirikan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid, yang memegang tampuk kekuasaan Bani Abbasiyah antara 786-809.
Dari sinilah muncul ilmuwan-ilmuwan Islam era Abbasiyah yang terkenal, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Al-Khawarizmi, dan Al-Battani.
Perkembangan Islam di masa-masa awal, yaitu pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan.
Ini ditandai dengan dibangunnya perpustakaan terbesar yang bernama Baitul Hikmah.
Pembangunan Baitul Hikmah merupakan misi panjang Dinasti Umayyah di bidang ilmu pengetahuan yang diteruskan oleh Dinasti Abbasiyah.
Sejak era pemerintahan Muawiyah I (661-680), Dinasti Umayyah telah melakukan pengumpulan teks-teks kuno untuk diterjemahkan.
Muawiyah I kemudian mendirikan perpustakaan di Damaskus, Suriah, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dan pusat penerjemahan era Dinasti Umayyah.
Setelah Dinasti Umayyah runtuh pada 750 dan digantikan oleh Dinasti Abbasiyah, pada 762, Khalifah Al-Mansur membangun Kota Bagdad di Irak.
Di Bagdad, Khalifah Al-Mansur melakukan kegiatan penerjemahan teks-teks kuno untuk diaplikasikan di Abbasiyah, seperti yang dilakukan era Dinasti Umayyah.
Kegiatan penerjemahan ini dilakukan dengan mengundang cendekiawan dan ilmuwan dari berbagai wilayah di dunia.
Gerakan penerjemahan ini lebih digalakkan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809), yang kemudian membangun Baitul Hikmah sebagai pusatnya.
Di Baitul Hikmah banyak kegiatan penerjemahan teks kuno dari bahasa Yunani, China, serta Sanskerta, ke bahasa Arab dan beberapa bahasa lainnya.
Terjemahan itu meliputi berbagai bidang keilmuan, mulai dari matematika, fisika, biologi, astronomi, hingga sastra.
Perhatian akan perkembangan ilmu pengetahuan yang dilakukan Khalifah Harun Ar-Rasyid dilanjutkan oleh Khalifah Al-Ma'mun (813-830).
Khalifah Al-Ma'mun bahkan menggelontorkan dana yang besar untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan proyek penerjemahan teks kuno.
Pada periode ini, Baitul Hikmah juga sempat dijadikan sebagai perguruan tinggi di Bagdad.
Perpustakaan Baitul Hikmah pernah direnovasi oleh Khalifah Al-Ma'mun dengan membangun laboratorium khusus untuk mengobservasi bintang.
Khalifah Al-Ma'mun juga mengirim utusan ke beberapa negara di Eropa untuk meminta karya-karya ilmuah Yunani Kuno guna diterjemahkan ke bahasa Arab.
Beberapa ilmuwan yang bertugas menerjemahkan teks kuno adalah Sabian Sabit bin Qurra, Hunain bin Ishaq, Yahya bin Abi Mansur, dan Qusta bin Luqa.
Adapun karya besar pertama yang dihasilkan dari Baitul Hikmah adalah karya-karya di bidang kedokteran dan filsafat, yang disusul lahirnya karya dari bidang matematika, ilmu bumi, dan astrologi.
Selain itu, menemukan susunan peta bumi menjadi prestasi yang ditorehkan Baitul Hikmah sebagai pusat ilmu pengetahuan pada masa keemasan Islam.
Kegemilangan Kota Bagdad sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan pun menarik perhatian pakar dan ilmuwan dari berbagai wilayah untuk menetap di sana.
Sekitar satu abad setelah kegemilangan Dinasti Abbasiyah, kekuasan politiknya mulai merosot.
Kemerosotan politik di pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah memang tidak melunturkan semangat berpikir dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Kendati demikian, kemerosotan politik membuat berbagai wilayah Dinasti Abbasiyah mulai mengembangkan ilmu pengetahuan sendiri.
Pada akhirnya, ketika Dinasti Abbasiyah runtuh akibat serangan bangsa Mongol pada 1258, pusat ilmu pengetahuan di Bagdad juga ikut hancur.
Bahkan serangan bangsa Mongol ke pusat pemerintahan Abbasiyah di Bagdad menghancurkan Baitul Hikmah beserta catatan ilmu pengetahuan yang telah dibangun.
Mulai saat itu, perkembangan Islam mulai menurun karena Dinasti Abbasiyah yang menjadi simbol kemajuan peradaban Islam hancur oleh bangsa Mongol.
Itulah artikel yang membahas tentang faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan keberhasilan Baitul Hikmah, semoga bermanfaat.