Find Us On Social Media :

Gunung Sinabung Meletus: Sepenggal Kisah Pendakian Gunung Sinabung di Awal 80-an

By Ade Sulaeman, Kamis, 30 Oktober 2014 | 18:45 WIB

Gunung Sinabung Meletus: Sepenggal Kisah Pendakian Gunung Sinabung di Awal 80-an

Intisari-Online.com – Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, tengah hangat diperbincangkan. Selain karena musibah letusan yang terjadi, juga karena kunjungan presiden baru Joko Widodo (Jokowi). Untuk itu, sedikit bernostalgia, berikut ini kisah pendakian Gunung Sinabung di awal ’80-an.

“Pendakian gunung di Sumatra tidak begitu sering dilakukan seperti di Jawa. Mungkin salah satu penyebab utamanya adalah jalan dan pengangkutan yang buruk. Para pendaki sebelumnya harus "terbanting-banting" di atas colt atau bis yang "ngos-ngosan" di jalan yang bukan alang kepalang buruknya. Ini tentunya dirasa bisa lebih meletihkan dari pendakian itu sendiri.

Namun sebenarnya pendakian gunung-gunung di Sumatra amat menarik. Keadaan alam yang belum tercemar, udara bersih, dengan pepohonan yang belum banyak coret-coretan. Saya akan memberi gambaran mengenai gunung-gunung di Sumatera yang asyik untuk didaki ini.

 

Sinabung (2451 m)

Gunung ini terletak di dataran tinggi Karo, Sumatera Utara. Pendakian biasanya dimulai dari desa Lau Kawar, 23 km dari kota Brastagi (Medan-Brastagi, 60 km). Bisa juga dari desa Gunung Kinayan. Untuk menuju desa ini melalui kota Kabanjahe, 20 km dari Brastagi, kemudian naik bis atau jeep ke desa Gunung Kinayan.

Untuk menuju Lau-Kawar, selama 7 km jalannya masih cukup baik, walau berlubang-lubang, 15 km selanjutnya jalan rusak total, dan agak mendaki, sulit untuk kendaraan bermotor.

Awal pendakian, di kaki bukit terdiri dari semak-belukar dan sedikit hutan. Kita harus berhati-hati, karena banyaknya persimpangan jalan setapak yang dibuat penebang kayu.

Di daerah hutan, suasananya lebih sepi, hanya ditemukan satu jalan setapak ke puncak. Kemiringan lereng tidak curam, mudah dilewati. Sehingga tidak begitu sulit sampai di sekitar puncak.

Di puncak yang agak terbuka ini, lerengnya terdiri dari kerikil yang tidak begitu kompak. Puncaknya berupa kawah gunung berapi yang sepintas tampak masih bekerja, walau tidak begitu aktif lagi. Suhu sekitar empat sampai delapan derajat Celcius.

Puncaknya diliputi kabut dengan kadar kelembaban yang tinggi, padahal kalau udara cerah bisa disaksikan Danau Toba.

Walau gunung ini mudah didaki kita harus tetap waspada, tidak usah segan meminta informasi dari penduduk setempat yang ramah dan masih memiliki sifat gotong-royong yang besar itu.

Itulah sepenggal kisah pendakian Gunung Sinabung di awal ’80-an.

-- Kisah pendakian ini dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1981. Ditulis olah Emiji Alit dengan judul “Gunung-gunung di Sumatra”.